Mohon tunggu...
Asmar Ayung Ibnu Achmad
Asmar Ayung Ibnu Achmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pesepeda Amatir

Bersepeda adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapapun pasti setuju itu. Kenapa? Nah, tidak semua orang bisa menjelaskan. Saya tidak akan berusaha menjelaskan. Saya cuma menceritakan saja 😊

Selanjutnya

Tutup

Drama

Putih Abu #2 - D-Day

3 Juli 2014   12:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turun dari angkot aku langsung bergegas. Motong jalan ke gang tercepat menuju sekolah. Ternyata emang banyak yang terlambat hari ini. Setengah berlari, beberapa teman seangkatan juga ikut ngejar. Hey, ternyata cewe tadi emang beneran satu sekolah denganku. Aku lihat tadi dia juga lagi jalan buru-buru. “Anak kelas berapa ya?” tanyaku dalam hati.

“Siap ulangan Tata Negara sama Sosiologi?” tanya Anton, teman sebangku-ku.

“Siap lah, nih..” jawabku sambil nunjukin buku Tata Negara.

Hari ini emang ada ulangan Tata Negara. Aku udah siap-siap 2 hari sebelumnya. Pelajaran favorit. Bukan karena pelajarannya, bukan karena gurunya, tapi karena aku emang suka baca buku yang tebal dan bahan kertasnya enak dipegang. Banyak temanku yang bilang itu aneh. Suka sama pelajaran sekolah berdasarkan kualitas buku pelajarannya. Well, ga masalah. Toh akhirnya aku selalu punya nilai cukup bagus. Aku lebih fokus ke pelajaran Sosiologi. Bukunya lebih tipis, kertasnya tipis. Sangat ga menarik sama sekali untuk dibaca. Makanya aku mesti bener-bener fokus sama pelajaran satu ini.

Buat aku sendiri sebenarnya pelajaran Sosiologi itu sama sekali ga butuh sebuah buku untuk dibaca. Kan Pak Rusman—guru Sosiologi— sendiri yang bilang Sosiologi itu ilmu bermasyarakat. Dan menurutku untuk bermasyarakat itu sama sekali tak butuh sebuah buku panduan. Iya kan? Jangan-jangan adanya “buku panduan” untuk bersosial itu supaya masyarakat bisa diseragamkan. Wah, bahaya nih.

Hmmm.. lagi-lagi pemikiran kritis warisan kakek. I misses him a lot.

*****

Istirahat pertama. Setelah ulangan Tata Negara. Lapaaaarrr…

Sebagian teman-teman sekelas langsung nyerbu kantin. Sebagian nongkrong di depan kelas. Si Nita asik ngobrolin kosmetik sama geng-nya. Kojek asik bahas lagu hardcore terbaru koleksinya. Aneh sih, dari sekitar 400 teman se-angkatanku, setahuku cuma aku, Kojek, Hendrik, Hikmat, Derry, Dees, sama  Ega yang sukai musik ekstrim. Ketika kebanyakan teman-teman bermain gitar memainkan musik melodic, aku cuma diam, kadang ikut nyanyi sebisanya. Terus terang ga satupun lagu yang mereka nyanyiin itu pernah aku dengar. Hhh… lagian aku emang sama sekali ga bisa main gitar. Menyedihkan sekali buat orang yang punya band emang..

“Do, biasa..” kataku pada Ado, penjual es campur di luar pagar sekolah. Setelah nasi kuning emang enaknya es campur. Menu langganan. Tiada hari di sekolah tanpa 2 menu itu.

Sambil nunggu pesanan, lagi-lagi aku lihat cewe yang tadi lagi, sekarang lagi mesan es campur juga. Dari caranya ngantri, jelas kelihatan kalo dia adik kelas. Meski udah didepan, ia kemudian mengalah pas Anggia juga maju mesan es campur. Dasar Anggia. Dia emang bisa dibilang “jeger” dikalangan cewe se-angkatanku. Sekarang sebagai kelas 3, siapa yang berani sama dia coba? Sejenak aku tersenyum..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun