Tak dipungkiri, waktu tempuh perjalanan yang jika ditotal-total menghabiskan waktu lebih dari 11 jam ini telah berhasil membuat tenaga saya terkuras, terlebih suhu udara saat itu berkisar antara 5 sampai dengan 10 derajat celcius.
Agar tak kehabisan tenaga, selama dalam perjalanan menggunakan bus dari bandara Asahikawa menuju kawasan Asahidake, saya pun mencuri-curi waktu guna memejamkan sesaat kedua mata. Sebenarnya sih memang saya anaknya tuh pelor (nempel molor).
Baca juga:Begini Nasib Suku Ainu Sekarang, Suku Asli di Jepang
Cuaca saat saya tiba di Asahikawa terbilang cerah sehingga dari balik jendela bus, pemandangan berupa gunung es sudah tersaji indah dari kejauhan. Pemandangan indah lainnya yang membuat saya gagal memejamkan mata barang sejenak di bus adalah hamparan sawah yang menguning dan telah dipanen, serta deretan rumah-rumah pedesaan khas Jepang yang memiliki bentuk dan warna beragam.
Saatnya Mendaki Gunung Asahidake
Asahidake merupakan puncak tertinggi di Hokkaido dan bagian dari rangkaian pegunungann berapi Daisetsu-san. Wilayah selatan puncak ini berbentuk seperti tapal kuda dan di bagian bawah lembah, terdapat kolam atau danau ''Sugatami-no-ike''.
Sugatami dalam Bahasa Jepang bermakna cermin panjang dan sesuai namanya, permukaan air danau ini berfungsi sebagai cermin yang memantulkan bayangan indah gunung dipermukaan airnya dan saat musim gugur biasanya danau ini sudah mulai membeku.
Bagi Anda pendaki pemula seperti halnya saya atau belum pernah mendaki gunung sebelumnya, tidak perlu khawatir sebab telah tersedia trek untuk pendaki pemula yang tidak memiliki pengalaman mendaki gunung.
Mungkin bagi sebagian banyak orang yang sudah sampai puncak Semeru, puncak Rinjani atau puncak-puncak gunung lainnya di Indonesia, mendaki Gunung Asahidake ini mah tidak ada apa-apanya. Cuma balik lagi, mendaki itu bukan tentang menaklukan gunung, sejatinya adalah menaklukan diri sendiri.