Suatu siang di sebuah laboratorium kejuruan, saya dan teman-teman Lab saya sedang bercengkrama. Karena sudah memasuki semester akhir, tidak banyak kesibukan kami kecuali menyusun skripsi dan mengawasi praktikum. Seorang teman bertanya apa yang akan kami lakukan setelah lulus nanti.Â
Sebagian besar teman saya berencana untuk mengambil beasiswa LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan), program beasiswa pemerintah Indonesia untuk para calon mahasiswa magister dan doktoral yang akan bersekolah di dalam negeri dan luar negeri. Sebagian lagi ada yang berencana untuk bekerja di perusahaan multinasional, ada juga yang berencana mendaftar ke BUMN idaman para calon mertua.Â
Tapi tiba-tiba ada satu teman saya yang bilang dia mau coba semua kesempatan sekaligus. Ya lamar LPDP, lamar di BUMN, lamar di swasta, ya mana saja deh yang keterima duluan. Entah kenapa pernyataan dia menggelitik pikiran saya dan meyakinkan saya bahwa hidup kita seperti vektor.
Ya, vektor yang kita sering dengar di pelajaran fisika. Vektor yang memiliki arah dan besaran. Meskipun kita biasa mendengar istilah itu untuk menggambarkan gaya, kecepatan, atau percepatan, saya yakin vektor juga berlaku untuk menggabarkan kehidupan manusia. Bila hidup digambarkan dengan vektor, pasti bentuknya akan seperti vektor perpindahan. Hmm mungkin bukan terdiri dari 1 vektor, tapi banyak vektor (mengingat vektor hanya menggambarkan 1 arah dan suatu besaran panjang). Oke, kurang lebih beginilah semua dimulai, kita tidak lebih dari sebuah titik koordinat ketika kita baru saja dilahirkan.
Selanjutnya, kita mulai melakukan berbagai usaha dalam hidup. Contoh usaha yang kita lakukan bisa berbentuk sekolah, bermain, memilih atau mendalami hobi, belajar, bertukar pikiran dengan orang lain, membaca buku, atau berbagai kegiatan lainnya. Terkadang usaha yang kita lakukan sesederhana tidur, berpikir, atau sekedar bernafas.Â
Setiap usaha tersebut tentunya dibentuk oleh keputusan kita atau bisa juga dipengaruhi oleh keputusan orang lain atau bahkan keterbatasan keadaan. Usaha-usaha tersebut juga memiliki arah yang mungkin mendekatkan kita pada tujuan kita atau malah menjauhkan kita. Setiap usaha tersebut akan membentuk vektor-vektor yang mungkin akan berbentuk seperti ini:
Kadang di tengah kehidupan kita, sengaja atau tidak, kita memilih jalan yang semakin menjauhkan kita kepada misi hidup kita. Saya menyebutkan sebagai salah jalan. Ketika kita menyadari kita salah jalan, kita akan dihadapkan dengan 2 pilihan: terus berjalan di arah yang 'jalan yang salah' atau memilih jalan memutar dan kembali ke arah misi hidup kita.
Dari kedua pilihan tersebut tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, yang ini saya tekankan adalah jangan lupakan bahwa hidup itu kompleks. Ada dimensi waktu dan dimensi lainnya yang perlu dipertimbangkan bila kita memilih jalan memutar atau bahkan terus berjalan di jalan yang kurang sesuai.Â
Anggaplah kita salah jalan, menyesal dan ingin kembali ke jalur misi hidup kita, maka kita perlu usaha ekstra dan waktu tambahan serta harus mengiklaskan waktu dan tenaga yang sudah kita habiskan di jalur yang salah tadi. Kurang lebih visualisasinya akan seperti ini (karena saya kurang pandai menggambar koordinat, saya tetap menggambarnya dalam 2 dimensi dan mengabaikan dimensi waktu).Â