Mohon tunggu...
Keiko Kurosaki
Keiko Kurosaki Mohon Tunggu... lainnya -

i'm a girl with a big dream in a litlle chance. menulis adalah hobiku. pacar pertama dan terakhirku. jika diam adalah emas, akan ku ubah menjadi uranium, biar menjadi nuklir. karena sejatinya, diam yang hanya emas adalah diam yang tanpa berfikir, sedangkan diam yang berfikir adalh uranium yang menjadi bahan utama nuklir yang bisa menghancurkan apapun. jadi, berfikirlah dalam diam. jika aku tak bisa melihat dunia, biar dunia yang akan melihatku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Golden Pheasant

21 Februari 2015   03:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Golden Peasant

“Maafkan aku Sean, aku memotongnya karena aku fikir itu sudah panjang.” Elly berkata sembari menatap sebuah pohon bonsai yang berada di sudut ruang keluarga itu.

Sean baru saja pulang kerja, mendengar istrinya berkata begitu Sean agaknya bingung. Potong? Panjang? Sean lalu mengamati istrinya dan menoleh kemana arah dia memandang. Oh, mungkin bonsai itu!, serunya dalam hati.

“ Iya Elly, aku fikir juga begitu. Sudah lama aku ingin memotongnya tapi belum sempat. Sean berjalan kearah sofa nyaman dimana Elly sekarang duduk. Membuka kancing baju atasnya dan mencium kening istrinya yang agaknya terkejut.

“Jadi kau tak marah?” Elly merasa tak percaya. Mungkin Sean mulai bosan dengan hobinya, tapi itu mahal sekali. Mana mungkin dia tak marah?,pikir Elly.

“Buat apa aku marah? Kita bisa beli lagi jika seandainya kau potong habis dan membakarnya.” Ujar Sean, dia lalu menjangkau sebuah gelas dan menuangkan air mineral yang terdapat di dalam ceret yang selalu di letakkan Elly di meja di samping sofa.

“Tapi...” Elly menyusut, mungkin Sean salah paham. “Tapi Sean...” Elly mencoba menjelaskan namun disergah Sean dengan cepat.

“Ini sudah malam Elly, aku lelah. Lebih baik kita tidur dan membicarakan ini lagi besok pagi.” Sean berdiri membawa jas serta tas kerjanya.
Elly menyusul di belakang Sean. “Oh iya Elly, tolong kau saja yang bawa tas dan jasku. Aku mau melihat Catherin.” Seketika muka Elly langsung memucat. Tidak, nasibnya sebagai istri Sean akan habis malam ini juga. Dan dengan teriakan Sean...

“ELLLYYYYYYYY kau apakan Catherin kuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!” suara suaminya menggelegar. Elly Cuma bisa mengkerut. Menutup telinganya.

Catherin adalah nama seekor ayam China yang memiliki ekor indah, jenis Goldent Peasant yang harganya cukup terbilang mahal. Sean membelinya ketika melakukan kunjungan kerja ke China dua tahun lalu. Elly bukannya cemburu dengan ayam itu, Cuma sedikit kesal lantaran Sean rela menghabiskan uang untuk perawatan bulu ayam yang memang tergolong ayam hias tersebut. Catherin sepertinya tidak suka jika Elly berada di dekatnya. Pernah waktu itu Sean membawa ayam itu jalan-jalan ke taman kota dan tiba-tiba dengan angkuhnya dia mengotori baju Elly dengan kotorannya sendiri. Elly rasanya ingin marah kepada Sean. Namun melihat Sean tertawa dengan apa yang dilakukan Catherin kepadanya, perasaan marah itu hilang. Namanya juga hewan, ujar Elly dalam hati.

Tapi tadi pagi selepas Sean berangkat kerja, ketika Elly mencoba lagi melakukan pendekatan kepada Catherin. Elly terkejut karena Catherin terjepit disalah satu jeruji kandangnya. Beberapa bulu ekornya tersangkut. Mungkin dia mencoba untuk keluar ketika melihat Sean berangkat kerja. Elly panik, dia Cuma menemukan sebuah gunting di dekat kandang Catherin yang selalu dipakai Sean untuk merapikan bulu ayam cantik itu. Lantaran Catherin tidak suka dengan Elly sehingga dia mencoba mencakar tangan Elly yang berusaha menyelamatkannya. Melihat tingkah Cahterin, Elly jengkel. Dia lalu memotong bagian ekor yang tersangkut itu dari luar. Alhasil, kini ekor si cantik nan angkuh itu gundul. Persis seperti ekor ayam kampung betina pada umumnya.

(S.k)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun