Pertanyaannya itu sering berlalu lalang di pikiran karena saya merasa ketika saya senang saya menghilangkan Tuhan, dan ketika sedih saya selalu menghadirkan Tuhan. Dan hati saya mengatakan bahwa dia memang ada.Â
Namun, jika saya tidak lagi merasakan kehadiran Nya, dan hati saya mengatakan kepada saya bahwa tidak ada Tuhan. Mungkin saya berhenti percaya. Mana pun yang saya lakukan, sumber sejatinya adalah perasaan saya sendiri,.Â
Maka, sekalipun saya percaya kepada Tuhan  kebenarannya adalah saya memiliki kepercayaan atau bisa dibilang iman yang lebih kuat untuk mempercayai Tuhan dari pada suara hati saya sendiri yang mangatakan untuk tidak mempercayai Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H