Mohon tunggu...
Patrya Nur Hidayat
Patrya Nur Hidayat Mohon Tunggu... Petani - Manusia

Man is a whole universe in himself.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Eksistensialisme Manusia

21 Juli 2020   17:05 Diperbarui: 21 Juli 2020   23:14 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eksistensialisme Manusia
(humans that existence)

Eksistensialisme merupakan satu bentuk pandangan yang berusaha untuk menganalisis struktur-struktur dasar dari eksistensi manusia serta untuk membuat setiap manusia sadar akan eksistensi mereka dalam kebebasan yang hakiki. Eksistensialis memiliki concern atau minat yang sama, yaitu problem tentang kehidupan yang konkret sebagai manusia (human being). 

Kata "human" yang mengacu kepada keseluruhan situasi dan kondisi yang istimewa dan eksklusif, yang hanya "dimiliki" oleh manusia dan segala totalitas kemanusiaan. Manusia adalah eksistensi. Kata eksistensi tersebut merujuk  kepada cara manusia berada manusia yang khas, yang tidak akan dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.

Apa maksud dari bersifat human dalam dirinya sendiri? Merujuk kepada keseharian hidup manusia eksistensial yang disebut dengan human existence. Dikatakam bahwa human existence  (eksistensi manusia)  memiliki minat atau ketertarikan (concern) bagi dirinya sendiri. 

Human existence  mengekspresikan eksistensi dirinya secara refleks, seperti cermin yang memberikan gambaran kita saat bercermin. Dasar dari human existence adalah kenyataan bahwa manusia merupakan sosok yang "menjadi". Sebagai mana dikatakan oleh Kierkegaard, "Manusia bukan hanya eksis (ada), tapi ia juga bereksistensi (mengada).

 Sebagai sosok tersebut, kita sebagai manusia tidak akan pernah tuntas untuk mengatakan bahwa manusia seperti ini atau itu. Manusia adalah sosok yang tidak akan pernah tuntas, dengan demikian selalu ada sisi atau dimensi yang bersifat misteri baginya. 

Oleh karena itu, dalam konteks ini, eksistensialisme dipahami sebagai jalan hidup yang melibatkan totalitas diri seseorang dalam hal keseriusan sikap yang sungguh-sungguh ingin mengerti dirinya sendiri.

Dengan demikian, eksistensialisme merupakan pandangan yang berasal dari pengalaman atau sudut pandang seorang pemain secara langsung dengan problem yang dihadapinya, dari pada sudut seorang penonton.

Sejarah Eksistensialisme

Suatu pandangan baru tidak akan pernah lepas dari pandangan yang sudah ada sebelumnya, seperti ilmuan yang meneliti suatu hal yang mengambil kajian dari ilmuan sebelum yang meneliti hal yang sama. Pandangan ini bertumpu pada keyakinan adanya kebenaran yang objektif-universal tentang sesuatu baik gejala-gejalanya, bahkan termasuk manusia dan sosialitanya.

Lalu ada juga pandangan yang bertentangan pengerjaan kebenaran objektif-universal, apalagi menyangkut eksistensi manusia, dan sebagai gantinya mereka memusatkan pada sisi keunikan setiap individu manusia. Karena gagasan atau pemikiran "hanyalah" bagian dari ekspresi manusia memahami keadaan sekitarnya. 

"Manusia yang menentukan ide, bukan ide yang menentukan manusia" manusia akan selalu menemukan idenya dengan kreativitas merekan sendiri. Pemikiran ini kemudian melahirkan suatu pandangan baru yang disebut eksistensialisme.

Menuju Eksistensi dan Esensi

Eksistensialis paham yang mendorong untuk menyadari bahwa dirinya (manusia) berdiri sendiri, dirinya ada, dan menilai apa saja yang dialami yang mementingkan eksistensi dari pada esensi. Pandangan ini selalu berlawanan dengan esensi. Esensi diketahui sebagai hal yang dipandang penting, ideal dan objektif. Oleh karna itu dijadikan benda mati, benda mati adalah sasaran penelitian karena memiliki kepenuhan dan kefinalan pengertian. Berbeda dengan manusia, benda bisa dikaji berulang ulang kali kapanpun ia tidak akan pernah berubah.

Benda tidak memiliki inisiatif dan keaktifan, ia tertutup ( akan selalu sama dimana pun dan kapan pun). Ia sesuatu yang ada tapi tidak pernah mengada, oleh karna itu ia bisa dipastikan objektif. 

Esensi adalah hal yang menjadikan suatu benda apa adanya. Esensi adalahsuatu  hal yang umum dan Esensi dapat dibicarakan secara detail walaupun tak ada contohnya bendanya pada satu waktu.

Sedangkan manusia adalah objek yang lain. Manusia akan selalu terbuka untuk mengada. Manusia bereksistensi sementara benda tidak. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keunikan khusus dari pada benda, dengan ini menunjukkan proses beradanya manusia selalu terbuka dan dinamis yang melukiskan keunikan masing masing individu. 

Manusia tidak bisa dibatasi hanya oleh pengertiannya saja, ada konsep konsep ideal, objektif-universal tentang dirinya. Karena setiap individu memiliki inisiatif, prakarsa, kehendak bebas,dan kreativitas.

Oleh karena itu, eksistensinya tak bisa digantikan oleh apapun. Kebalikan dari eksistensi adalah esensi., jika pandangan esensi berharap akan melahirkan konsep ideal yang memandang segala sesuatu secara umum, maka eksistensi memang setiap individu memiliki keunikan masing masing. 

Menyangkut masalah manusia, eksistensialisme adalah suatu pandangan tentang interpretasi manusia di dunia ini yang menekankan kekonkretan dan karakter problematika yang dihadapi langsung. Eksistensi, oleh karenanya, dianggap sebagai sesuatu yang mengonotasikan suatu jalan menuju makna mengada sebagai diri.

 Penutup

Manusia tidak lain adalah apa yang ia hasilkan dari dirinya sendiri. Lantas kenapa kalian masih merasa insecure? Setiap manusia memiliki jiwa (mengada) nya sendiri, manusia adalah kebebasan yang hakiki, stop membandingkan dengan orang lain, orang insecure hanya saja belom menemukan cara ia (mengada). 

Setiap manusia pasti memiliki masalah/guncangan yang konkret dalam hidupnya, tapi bukanlah kehidupan, jika ia tak memberikan goncangan. kehidupan disebut hidup jika ada goncangan di dalamnya. 

Tulisan ini ditulis oleh seseorang yang sedang menjadi dirinya, terakhir ia menemui dirinya pada saat ia masih di rahim ibunya yang di tunjukan kepadanya jalan hidupnya oleh tuhan.

Saya seorang biasa layaknya manusia yang lainya, tapi saya berada diposisi yang saya tidak tahu itu apa, banyak pertanyaan yang belom bisa terjawab dalam hidup ini, pertanyaan tentang manusia sudah terjawab diatas, dan jawaban dari pertanyaan lainnya masih saya pikirkan, tentang hidup itu punya tujuan ga si?, dll. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian yang membaca  Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun