Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Lapo Tuak", Bar ala Orang Batak

3 Maret 2021   23:33 Diperbarui: 3 Maret 2021   23:36 2160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lapo, bar ala Batak Toba memegang peranan penting dalam kehidupan sosial orang Batak Toba," tulis Basyaral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan dalam Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.

Diiringi lagu batak, malam itu Tigor meneguk tuaknya dengan nikmatnya melepas dahaga. Lagu itu semakin terasa indah setelah adanya tambahan bunyi gelas yang dipukul pakai garpu. Irama lagu yang dibalut instrumen itu semakin menggema setelah lantunan bunyi lagu dibawa dengan harmonisasi suara. Penat dan stres pun seketika hilang. Beban seharian langsung hilang begitu saja.  

Cerita Tigor di atas sudah barang tentu familiar terjadi di kalangan orang Batak. Pria berkeluarga hingga kawula muda sering melakukannya. Paling tidak itu saya ketahui lewat pengalaman saya selama hidup di Kampung.

Tak heran, bila dulu saya juga sering ikut-ikutan. Bahkan tak jarang satu meja dengan Bapak. Urusan keluarga pun sama sekali tidak ada di sana.

Tidak begitu mengherankan, sebab, Lapo Tuak itu tepat ada di samping rumah. Kesempatan mencicipi bangku lapo pun sangat terbuka lebar. Sungguh pengalaman tak terlupakan.

Lapo Tuak itu identik dengan kedai kopi di pinggir kota. Dia punya menu beragam. Mulai dari makanan khas batak, minuman, dan yang pasti Tuak. Tuak memang minuman beralkohol yang terbuat dari pohon aren.  Rasanya pahit, warnanya bening.   

Dibalik pahitnya Tuak, ada orang yang berperan penting di dalamnya. Ialah paragat (sebutan untuk orang yang mengambil tuak dari pohon aren dan mengolahnya dengan resepnya sendiri). Tak heran bila kadar alkoholnya jarang diketahui.

Namun, seringkali persepsi orang terhadap Tuak mengarah pada citra negatif. Ia dianggap minuman keras yang harus dihindari. Apalagi bila minum tuak di Lapo. Tak sedikit menahbiskannya sebagi tempat mabuk-mabukan, terlebih sebagi lokasi judi bareng.

Padahal anggapan itu tak sepenuhnya menggambarkan kondisi Lapo Tuak. Memang, sebagian orang menjadikan tuak sebagai tempat minum. Tapi itu hanya segelintir saja. Meminjam istilah aparat sekarang, itu hanyalah oknum (bukan mewakili keseluruhan). Catat, oknum!

Sependek pengalaman saya, Lapo Tuak malah seringkali digunakan sebagai sarana berbagi lewat cerita satu sama lain. Tak ketinggalan, cerita yang selalu paling menarik dibahas adalah cerita politik di daerah. Orang yang tak pernah duduk di bangku SMP pun bahkan bisa lebih paham perpolitikan di daerah dibanding anak-anak muda yang kuliah sarjana.

Tidak hanya di daerah, perpolitikan nasional pun seringkali jadi bahan diskusi di Lapo Tuak. Bahkan rasanya mereka bisa saya katakan selangkah lebih maju. Bila cerita sudah dimulai, Tuak segelas pun menghiasi diskusi. Argumen demi argumen pun dilayangkan , debat panjang pun bisa terjadi. Namun setelahnya, alunan musik tetap akan menggema menghiasi malam panjang. Interaksi jadi normal kembali.  

"Lapo, bar ala Batak Toba memegang peranan penting dalam kehidupan orang Batak Toba," tulis Bsyral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan dalam Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.

Ungkapan di atas nyatanya memang menggambarkan kondisi Lapo yang sebenarnya.  Lapo Tuak tidak hanya sebagai tempat nongkrong untuk minum saja. Tetapi lebih dari itu, Ia pun dapat menjadi arena bermain. Menawarkan hiburan dan inspirasi bagi yang mengunjunginya. Lapo Tuak pun bisa jadi sebagai sarana yang mendidik generasi muda. Tentu buka main judi dan minum tuak berlebihan.

Tetapi, lewat alunan suara dan nyanyian. Kebiasaan orang Batak bernyanyi di Lapo adalah muaranya. Tak heran bila banyak penyanyi Batak ternama meniti karirnya dari situ.

Lihat saja seniman dan komponis jaman dulu, Nahum Situmorang. Ia adalah salah satu dari banyaknya musisi pop Batak di Indonesia. Banyak lagu-lagunya tercipta lewat waktu yang ia habisakan di Lapo. Lagu legendarisnya Lisoi, adalah salah satu bukti nyatanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun