Tidak hanya di daerah, perpolitikan nasional pun seringkali jadi bahan diskusi di Lapo Tuak. Bahkan rasanya mereka bisa saya katakan selangkah lebih maju. Bila cerita sudah dimulai, Tuak segelas pun menghiasi diskusi. Argumen demi argumen pun dilayangkan , debat panjang pun bisa terjadi. Namun setelahnya, alunan musik tetap akan menggema menghiasi malam panjang. Interaksi jadi normal kembali. Â
"Lapo, bar ala Batak Toba memegang peranan penting dalam kehidupan orang Batak Toba," tulis Bsyral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan dalam Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.
Ungkapan di atas nyatanya memang menggambarkan kondisi Lapo yang sebenarnya. Â Lapo Tuak tidak hanya sebagai tempat nongkrong untuk minum saja. Tetapi lebih dari itu, Ia pun dapat menjadi arena bermain. Menawarkan hiburan dan inspirasi bagi yang mengunjunginya. Lapo Tuak pun bisa jadi sebagai sarana yang mendidik generasi muda. Tentu buka main judi dan minum tuak berlebihan.
Tetapi, lewat alunan suara dan nyanyian. Kebiasaan orang Batak bernyanyi di Lapo adalah muaranya. Tak heran bila banyak penyanyi Batak ternama meniti karirnya dari situ.
Lihat saja seniman dan komponis jaman dulu, Nahum Situmorang. Ia adalah salah satu dari banyaknya musisi pop Batak di Indonesia. Banyak lagu-lagunya tercipta lewat waktu yang ia habisakan di Lapo. Lagu legendarisnya Lisoi, adalah salah satu bukti nyatanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H