Keluarga saya sendiri juga sudah pernah melakukannya. Biasanya singkong akan direbus biasa. Lalu sebagai lauknya akan ditaburi serbuk kelapa dan gula pasir di dalamnya. Rasanya pun tak kalah dengan hidangan nasi dengan ayam opor atau sejenisnya. Akan tetapi, harus diakui bila komoditas ini seringkali dianggap rendah dengan yang lain. Padahal banyak produk di supermarket dan toko retail modern adalah terbuat dari singkong.
Tak heran bila enam tahun lalu, bagaimana pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengeluarkan surat edaran yang bernada seruan bagi seluruh instansi pemerintahan untuk menyediakan makanan lokal seperti singkong. Itu dilakukann untuk menghargai petani dan merangsang bercocok tanam. Anjuran itu pula diharapkan dapat mengubah paradigma makan singkong, akan bernilai dan lebih bermartabat di mata orang.
Hari ini eras olahan dari padi, menjadi salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Istilah bahwa seseorang itu belum dapat dikatakan sudah makan kalau belum mengkonsumsi nasi pun seringkali muncul. Padahal nasi lebih cepat diserap tubuh menjadi gula. Berbeda dengan singkong yang sedikit lebih lambat.
Sebab singkong merupakan karbohidrat yang kadar gulanya rendah. Mengkonsumsi singkong dapat memberi rasa kenyang lebih lama dibanding sumber karbohidrat lainnya. Maka tak bisa dipungkiri bila komoditas yang berasal dari Amerika Selatan ini menjadi substitusi paling baik daripada nasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H