Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Apresiasi untuk "The Daddies"

31 Januari 2021   23:59 Diperbarui: 1 Februari 2021   01:19 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan apresiasi Coach Herry IP kepada The Daddies usai Final BWF Tur 2020. Sumber : Badminton Talk

"Seharusnya bukan tanggung jawabmu lagi, tapi tanggung jawab anak yang lebih muda darimu. Terimakasih atas perjuanganmu, kami bangga atas semua hasil yang telah kamu raih".

Tak banyak pemain yang masih aktif bermain setelah melampaui kepala tiga. Hampir terhitung jari.  Tak banyak pula yang dapat tampil konsisten di lapangan. Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan barangkali adalah pemain di antara orang itu. Untuk urusan prestasi tak perlu diusik lagi. Kematangan mental dan teknik bermain menjadi kunci keduanya.

Menelusuri karier dan prestasi keduanya, maka kita perlu melihat ke belakang lebih jauh. Hendra yang dijuluki "the silent killer" telah merasakan semua gelar individual. Sejak bergabung bersama Pelatnas pada 2002, sang maestro itu kerap menuai puja puji atas prestasi. Berpasangan dengan Markis Kido, keduanya dapat mengawinkan gelar prestisius.

Juara dunia 2007 dan Olimpiade 2008 adalah hasilnya. Mereka menjadi ganda putra terakhir Indonesia yang dapat mengawinkannya. Dua tahun berselang, tepatnya di negara tirai bambu, Hendra Setiawan/Markis Kido merebut medali emas Asian Games.

Sementara itu, koleganya sekarang, Mohammad Ahsan,  juga tak kalah dengannya. Berpasangan dengan Bona Septano, yang juga adik kandung dari uda Kido, memperoleh sederet prestasi membanggakan. Walau hanya level superseries belaka. Puja puji pun kerap muncul kepadanya. Bahkan hingga kini, 2021.

Hendra Setiawan yang tahun ini berkepala 37, masih menunjukkan tajinya. Buktinya adalah final tur BWF Super Series 2021 bersama Mohammad Ahsan, yang sudah berkepala 34. Tidak ada ganda putra selain mereka yang masih berprestasi di usia tersebut.

Apresiasi Setinggi-tingginya

Walau kalah di final melawan duo taiwan, Lee Yang dan Wang Chi Lin, para badminton lovers sama sekali tak mau menghakimi. Yang terjadi malah sebaliknya, memberi apresiasi. Sebab keduanya masih bertaji dan berprestasi.

"Satu-satunya wakil difinal. Dengan umur yang sudah tidak muda, tenaga mudah terkuras, tapi masih tetap sangat semangat dalam menghadapi semua lawan, salah satu pemain yang konsisten (indo) dalam 3 pertandingan berturut-turu. Memang rezekinya Cuma runner up. Sangat-sangat not bad. Dan patut diapresiasi", celetuk salah satu salah satu pecinta bulutangkis Indonesia yang sedang berselancar di kolom komen Badminton Talk.

Kolom komentar akun Badminton Talk, platform pecinta bulutangkis Indonesia, pun tak jauh dari puja-puji kepada kedua bapak-bapak itu. Mereka mendapat sanjungan dan ucapan limpah terimakasih dari ribuan pecinta bulutangkis tanah air. The Daddies harusnya tak perlu jadi andalan Indonesia, sebab mereka telah melaluinya selama satu dekade, bahkan lebih.

Ada pula yang mengusik anak-anak muda lain. Sebut saja Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto, yang dinilai tak konsisten bermain. Padahal keduanya diharapkan untuk mengganti "The Daddies" di karpet hijau.

"Seharusnya bukan tanggung jawabmu lagi, tapi tanggung jawab anak yang lebih muda darimu. Terimakasih atas perjuanganmu, kami bangga atas semua hasil yang telah kamu raih". Begitulah ucapan mayoritas pecinta bulutangkis tanah air setelah Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsa tak berhasil juara.

Ambisi Juara 

Melaju hingga final adalah bukti keduanya masih berambisi. Raihan ini sekaligus menambah rekor keduanya, back to back final di turnamen yang sama. Dua tahun lalu, keduanya ke final dan juara di Guang Zhou. Bukan hal mudah untuk dilalui. Kita tahu usia keduanya tak muda lagi. Kondisi fisik pun tentu tak sekuat usia 20-an. Secara permainan saja, mereka lebih banyak menunggu dan bertahan daripada menyerang. 

Strategi placing dan dropshot shuttelcook lebih banyak dilakukan. Sesekali babah Ahsan memberikan pukulan kencangnya. Lalu biasanya ditutup dengan sentuhan dewa Hendra di depan net.

Permainan itu tak mungkin berjalan efektif bila keduanya tak memiliki mental yang kuat. Di situasi itulah kematangan mental berbicara. Mental itu tak lain didapat dari pengalaman dan tempaan tekanan yang dibawa setiap penampilan keduanya di lapangan.

Semangat dan optimisme yang telah terpatri kepada keduanya telah membuat mereka pada posisi sekarang. Menjadi ganda putra tertua yang berada di peringkat sepuluh besar adalah bukti nyata, bahkan saat ini mereka bercokol di peringkat dua, di bawah juniornya Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya.

Kekalahan di final tak merubah status mereka sebagai maestro atau legenda bulutangkis dunia. Bahkan bagi Hendra Setiawan, kekalahan di final telah mencipta rekor baru dunia. 

Pemain asal Pemalang itu menjadi satu-satunya pemain bulutangkis yang dapat meraih final dalam dua puluh tahun terakhir, yakni sejak 2002 hingga 2021. Selama dua dekade itu ia selalu mencapai final, baik itu di sektor ganda putra maupun di ganda campuran.  

Sebagi tahun terakhir bagi keduanya, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan masih memburu juara Olimpiade nanti, penantian itu akan jadi asa terakhir bagi keduanya sebelum mengakhiri karir dari dunia tepok bulu. Apapun hasilnya, tentu itu tidak membuat para pecinta bulutangkis berhenti berbangga dan mengapresiasi.

"Bagi saya, saya tidak kecewa. Karena kami telah mencoba permainan terbaik kami. Tetapi pasangan Taiwan itu sangat kuat, mereka sangat percaya diri. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka. Mereka adalah lawan yang baik dan tentu teman yang baik juga". Tukas Babah Ahsan seperti dikutip dari Badminton Talk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun