Kondisi sepak bola Indonesia seolah seperti tak ada kemajuan. Setelah 311 hari tanpa pertandingan sejak laga terakhir musim, hari ini kompetisi sepakbola tanah air dipastikan tak memiliki kampiun musim 2020/2021.Â
Baik itu kasta tertinggi, pun dengan kasta kedua. Degradasi dan promosi di antara keduanya pun dihilangkan. Hal ini terjadi, menyusul adanya keputusan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru pada Rabu, 20/1/2020. Kompetisi yang baru melakoni 3 laga itu, secara resmi dibatalkan karena, kondisi kahar ( force majure ) terkait pandemi covid-19. Â
Jauh sebelum keputusan itu, mandeknya kompetisi tak ayal menimbulkan banyak masalah. Terutama para pemain. Banyak klub rugi, dan tak sanggup membayar kontrak pemain. Satu per satu pemain menganggur. Kondisi fisik juga tak terurus. Tersendatnya gaji jadi penyebabnya. Apalagi setelah keputusan PSSI membatalkan lanjutan liga, para klub Liga 1 dan 2 diminta untuk mengatur kontrak pemain dengan aturan yang berlaku di internal klub. Keputusan ini tentu akan membebani manajemen klub.
Lagi-lagi PSSI sama sekali tak memberi solusi bagi klub. Kita tahu, beberapa waktu lalu Persipura berhenti beraktivitas, menyusul tidak adanya kepastian liga terutama suntikan dana.
Kini otoritas sepak bola Indonesia menetapkan kompetisi baru akan digulirkan pada 2021. Usaha demi usaha sebenarnya telah dilakukan. Akan tetapi, upaya itu tak mudah dilakukan. Walau PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru sepakat menyambut Liga 1 pada musim 2021 dilakukan pada Maret-November 2021, ternyata juga belum menemukan titik pasti kapan jadwal main. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru belum mengantongi izin dari pihak Polri untuk menggelar liga.
Sepertinya, hal itu bisa urung terjadi. Semoga saja tidak.
Dampak Bagi TimnasÂ
Ketidakpastian kapan jadwal resmi musim 2021 dilangsungkan akan berdampak pada kualitas tim nasional. Idealnya pelatih akan dapat memilih skuadnya dengan melihat perkembangan permainan setiap pemain di lapangan. Tak mungkin memilih seadanya saja. Alpanya kegiatan fisik para pemain di lapangan dapat berdampak pada kualitas individu. Pasalnya hampir satu tahun tak menyentuh lapangan rumput. Ini akan membuat pemain membutuhkan waktu lebih lama untuk adaptasi. Pelatih juga dibuat tertatih menentukan skuadnya.
Padahal dalam tahun ini beberapa turnamen yang harus dilakoni oleh Indonesia. Sea Games 2021 dan Piala AFF barangkali dua turnamen terdekat. Harapannya Timnas bisa dapat meraih prestasi di bawah asuhan Shin Tae Yong. Tapi, ini mungkin akan sulit tercapai. Bagaimanapun, mandeknya kompetisi domestik akan menyulitkan Shin Tae Yong menyiapkan segalanya.
PSSI Perlu BerbenahÂ
Masalah izin kepolisian kembali jadi penghambat bergulirnya kompetisi. Padahal bila melihat beberapa liga di Asia Tenggara, dengan protokol kesehatan yang ketat, liga tetap dapat bergulir. Ini menandakan bahwasanya federasi belum dapat meyakinkan pihak kepolisian. Federasi juga belum menyiapkan langkah khusus menyiasati pandemi covid. Mulai mekanisme pertandingan, penonton, hingga regulasi protokol kesehatan.Â
Mestinya ini bisa diatasi. Kita perlu belajar dari negara-negara tetangga yang berhasil menjalankan kompetisi di tengah wabah covid-19. Atau bila ingin lebih jauh lagi, kita bisa melihat bagaimana liga-liga Eropa dapat melangsungkan pertandingan dengan sejumlah regulasi yang responsif terhadap pandemi covid.
Selain regulasi pertandingan, sokongan terhadap klub mesti jadi perhatian juga. Ada banyak klub yang tak dapat membayar pemain, hingga akhirnya pemusatan latihan dihentikan. Kondisi finansial tak lancar. Pemain jadi terlantar, juga tak bugar. Kini kita kembali berharap musim 2021 dapat segera berselancar di rumput hijau. Harapannya, tak ada lagi 311 hari tanpa pertandingan.
Semoga Liga Indonesia bisa bangkit kembali. Salam sepakbola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H