Papi te Quiero ( Ayah, aku sayang kamu ).Â
Ia memeluk pelatihnya sambil menitikan air matanya , dan mengungkapkan, "Ayah Aku Sayang Kamu" ke khalayak media setelah memastikan Juara Yonex Thailand Open 2021. Betapa pun, air mata itu adalah  tangisan sukacita Marin dan  ungkapan terimakasih kepada Ayahnya yang telah berpulang pada Juli tahun lalu. Barangkali juga kado spesial untuknya.
Baginya, kemenangan dua game langsung atas Tai Tzu Ying, 21-9 dan 21-16 terasa sangat spesial. Sebab setelah kekalahan di Indonesia Master tahun lalu, ia tak pernah merasakan podium tertinggi lagi.
Tak hanya itu, gelar ini adalah buah perjuangan kerasnya setelah comeback dari cederanya selama delapan bulan. Absen delapan bulan  membuat ia memulai jauh dari awal lagi, rangkingnya jauh turun hingga ke posisi 30-an saat itu. Namun, perlahan kembali naik, babak demi babak ia lalui. Quarter final, semifinal, hingga puncaknya mencapai  final sekaligus keluar sebagai kampiun Yonex Thailand Open 2021. Uniknya, Ia kembali mengulangi kemenangan yang sama atas Tai Tzu Ying seperti di Perancis Terbuka 2019. Saat itu ia menang dengan straight game, dengan 21-16, dan 21-9.
Walau diterpa cedera, rangkingnya turun drastis, hingga ia ditinggal Ayah tercinta  setelah Spain Master 2020 di Barcelona tak mengurungkan niatnya untuk tetap beprestasi. Impact Arena menjadi saksi. Permainan agresif ia tunjukkan, teriakan-terikan khas miliknya juga demikian. Kombinasi permainan itu membuahkan hasil manis. Juara Yonex Thailand Open Super 1000. Â
Ia juga mencatat rekor baru bagi pribadinya sendiri. Pemain asal Hueca itu mencatakan diri sebagai pemain putri Eropa pertama yang berhasil menjuarai turnamen Super 1000 sebanyak tiga kali .
Gresyia Dedikasikan Kemenangan untuk Sang Kakak
Tak hanya Marin, di lokasi yang sama, Greysia Polii mendedikasikan trofi juaranya itu kepada sang kakak tercinta yang telah berpulang beberapa waktu lalu. Ia sebenarnya datang ke Thailand dalam suasana duka. Tetapi, sama sekali tak menunjukkanya. Pemain senior itu tak membiarkan kesedihan yang menimpanya mempengaruhi performa di lapangan.
"Saya mendedikasikan gelar ini untuk kakak saya. Keluarga saya sedang menjalani masa-masa sulit, dan setelah kakak saya meninggal, beberapa dari mereka jatuh sakit, sehingga saya datang ke sini dengan hati yang luka, atau bisa dibilang hati yang selalu memikirkan mereka dan setiap hari, saya berdoa supaya Tuhan selalu menyertai mereka. Ucap Gresyia Polii seperti dikutip BWF pada Minggu, (17/1/2021)".
Bahkan kesedihan yang dialaminya sama sekali tak diketauhi oleh publik. Ia mampu memotivasi Apriani di lapangan, hingga keduanya berhasil mencatat sejarah. Kemenangan atas Rawinda Prajongjai/Jongkolphan lewat straight game memastikan keduanya memeroleh gelar Super 1000 pertama bagi mereka sejak disandingkan pada 2017.
Baik Marin atau pun Greysia, keduanya memperlihatkan bagaimana mereka bangkit dari kesedihan dan keterpurukan. Kerja keras, percaya diri, dan daya juang tinggi adalah modal utama. Hasilnya juara. Air mata kembali jadi cara sederhana merayakannya. Bagaimanapun, kemenangan mereka layak diapresiasi setinggi-tingginya.
Salut untuk Carolina Marin dan Greysia Polii.
Grande Marin...
Selamat Greysia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H