Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ginting dan Reverse Card Axelsen di Semifinal Yonex Thailand Open

17 Januari 2021   00:41 Diperbarui: 17 Januari 2021   12:08 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu membalas kekalahan Jojo yang kalah di perempat final kemarin. Menghadapi Viktor Axelsen di semifinal Yonex Thailand Open, Ginting kalah rubber set selama 63 menit. Ginting kalah dengan 19-21, 21-13, dan 13-21.

Ginting di Reverse Card Axelsen 

Meminjam istilah para pecinta bulutangkis yang adu argumen di kolom twitter Badminton Talk, "Ginting di Reverse Card Axelsen" pada laga Semifinal, yang berlangsung selama 63 menit itu.

Bagaimana tidak, Axelsen yang dibuat bermain tak karuan, dengan banyaknya kesalahan di game kedua, membalikkan keadaan di set penentuan. Dia berhasil mengulangi permainan yang sama persis sebelumnya. Namun, kali ini, Ginting yang melakukan apa dialami oleh Viktor. 

Dia lebih banyak melakukan kesalahan daripada jumlah poin yang diperoleh. Sedikitnya ada 877 tanggapan bernada serupa dari para badminton lover yang menghiasi kolom komen twitter Badminton Talk tak lama setelah Axelsen mengunci kemenangannya dengan 21-13.

Beberapa netizen mengatakan Ginting ngantuk di set terakhir, setelah bergantian dengan Viktor di set kedua. Maksudnya, permainan Ginting pada set terakhir kontras dengan set kedua. Dia lebih banyak melakukan kesalahan. Ibarat kata pepatah, error yang dibuatnya telah menjadi lumbung poin lawannya, yang menguntungkan Axelsen.

Sejak awal game pertama, keduanya menunjukkan permainan yang ketat.  Bahkan itu berlangsung hingga skor 19-19. Ginting lebih banyak menekan dengan serangan kombinasinya. Smash dan dropshotnya sedikit membuat Viktor kewalahan. Hingga badai virus melanda ginting. Error yang "berjibun".

Ini istilah baru yang disematkan warganet ketika pemain melakukan kesalahan yang tak terhitung lagi. Sekaligus membuat lawan untung, sementara yang membuat buntung. Itulah yang dilakukan Ginting di atas karpet hijau di Impact Arena, Bangkok pada Sabtu, (16/1/2021).

Ginting doyan sekali membuat kesalahan sendiri hingga rugi sendiri.

Awal game kedua, pemain asal Cimahi itu sempat unggul 6-4, kesalahan demi kesalahan menghantuinya. Axelsen tak begitu menguras tenaganya menutup interval kedua dengan skor 11-7. Perjuangan Ginting sebenarnya kembali dimulai setelahnya.

Tertinggal 4 poin tak membuatnya surut. Pelan tapi pasti, satu demi satu poin diraih. Hingga laju angka Axelsen dibuatnya berhenti pada angka 13, set kedua diselesaikan Ginting dengan mulus. Ginting mengutip poin sedikit demi sedikit lewat permaiannya yang apik.

Bisa dikatakan Ginting tak hanya bekerja keras, ia juga bekerja cerdas. Setidaknya  ini berlangsung hingga  interval ketiga yang ditutup Ginting dengan keunggulan 11-7. 

Siapa nanya, keunggulan itu seolah tak berarti apa-apa baginya. Viktor segera menyusul, menyamai skor, sampai akhirnya laju angka Ginting ditahan pada angka 13 hingga akhir pertandingan. Axelsen pun melaju ke Final melawan Ng Ka Long Angus pada Minggu, 17/1/2021.

Ginting Belum Konsisten 

Mati sendiri dengan pengembalian bola atau unforce error menjadi musababnya. Terlihat jelas masalah Ginting berada pada konsistensi permainan dalam suatu game. Dia bisa tiba-tiba bermain sangat bagus, lalu bisa langsung drop sekali. Padahal pada laga Semifinal,  Viktor sama sekali tidak dalam kondisi terbaiknya. Apalagi dia sempat mengalami flu sebelum pertandingan. Tapi ginting lebih banyak membuat kesalahan sendiri. Dirinya adalah musuh terbesarnya.

Di game kedua dia telah mengontrol permainan. Bahkan hingga interval set ketiga. Lagi-lagi inkonsistensi permainan terjadi lagi. Kombinasi dropshotnya sebenarnya telah berjalan dengan rapi. Defense dan variasi pukulannya juga sudah tepat.  Viktor kelihatan kelelahan oleh ulahnya itu. Smash silang dan menukik pun sebenarnya sudah di jalur yang benar. Tetapi, ketidaksiapan pengembalian bola menjadikan permainnya seketika tak beraturan lagi.

Inkonsistensi ini sebenarnya telah berkali-kali dilakukan Ginting. Lebih lagi, dia membuatnya di laga-laga yang cukup krusial. Seperti di final China Open 2019 melawan Kento Momota   dan final Hongkong Open 2019 melawan Ng Ka Long Angus, yang waktu itu dia telah menang di set awal, dan unggul jauh di set kedua bahkan meraih match point waktu itu. Tapi lagi-lagi ketidaktenangan pengembalian bola jadi faktor kekalahannya.

Kekalahan di Semifinal ini memperkecil head to head antara keduanya. Sehingga menjadi 3-4 untuk keunggulan Ginting. Kemenangan ini terasa spesial bagi Axelsen. Dia sekaligus membalas dua kekalahan yang ia rasakan sebelumnya. Walau satunya adalah kekalahan rekan senegaranya, Rasmus Gemke. Tapi, ia dapat revans dari Ginting setelah pada Indonesia Master tahun lalu kalah 22-20 dan 21-11.

Ini tak boleh berlarut, sebab senin mendatang Toyota Thailand Open 2021 telah menunggu. Evaluasi diri perlu dilakukan. Memperbaiki kesalahan dan menyiapkan diri perlu dilakukan. Agar hasilnya lebih baik dari Yonex Thailand Open.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun