Tertinggal 4 poin tak membuatnya surut. Pelan tapi pasti, satu demi satu poin diraih. Hingga laju angka Axelsen dibuatnya berhenti pada angka 13, set kedua diselesaikan Ginting dengan mulus. Ginting mengutip poin sedikit demi sedikit lewat permaiannya yang apik.
Bisa dikatakan Ginting tak hanya bekerja keras, ia juga bekerja cerdas. Setidaknya  ini berlangsung hingga  interval ketiga yang ditutup Ginting dengan keunggulan 11-7.Â
Siapa nanya, keunggulan itu seolah tak berarti apa-apa baginya. Viktor segera menyusul, menyamai skor, sampai akhirnya laju angka Ginting ditahan pada angka 13 hingga akhir pertandingan. Axelsen pun melaju ke Final melawan Ng Ka Long Angus pada Minggu, 17/1/2021.
Ginting Belum KonsistenÂ
Mati sendiri dengan pengembalian bola atau unforce error menjadi musababnya. Terlihat jelas masalah Ginting berada pada konsistensi permainan dalam suatu game. Dia bisa tiba-tiba bermain sangat bagus, lalu bisa langsung drop sekali. Padahal pada laga Semifinal, Â Viktor sama sekali tidak dalam kondisi terbaiknya. Apalagi dia sempat mengalami flu sebelum pertandingan. Tapi ginting lebih banyak membuat kesalahan sendiri. Dirinya adalah musuh terbesarnya.
Di game kedua dia telah mengontrol permainan. Bahkan hingga interval set ketiga. Lagi-lagi inkonsistensi permainan terjadi lagi. Kombinasi dropshotnya sebenarnya telah berjalan dengan rapi. Defense dan variasi pukulannya juga sudah tepat. Â Viktor kelihatan kelelahan oleh ulahnya itu. Smash silang dan menukik pun sebenarnya sudah di jalur yang benar. Tetapi, ketidaksiapan pengembalian bola menjadikan permainnya seketika tak beraturan lagi.
Inkonsistensi ini sebenarnya telah berkali-kali dilakukan Ginting. Lebih lagi, dia membuatnya di laga-laga yang cukup krusial. Seperti di final China Open 2019 melawan Kento Momota  dan final Hongkong Open 2019 melawan Ng Ka Long Angus, yang waktu itu dia telah menang di set awal, dan unggul jauh di set kedua bahkan meraih match point waktu itu. Tapi lagi-lagi ketidaktenangan pengembalian bola jadi faktor kekalahannya.
Kekalahan di Semifinal ini memperkecil head to head antara keduanya. Sehingga menjadi 3-4 untuk keunggulan Ginting. Kemenangan ini terasa spesial bagi Axelsen. Dia sekaligus membalas dua kekalahan yang ia rasakan sebelumnya. Walau satunya adalah kekalahan rekan senegaranya, Rasmus Gemke. Tapi, ia dapat revans dari Ginting setelah pada Indonesia Master tahun lalu kalah 22-20 dan 21-11.
Ini tak boleh berlarut, sebab senin mendatang Toyota Thailand Open 2021 telah menunggu. Evaluasi diri perlu dilakukan. Memperbaiki kesalahan dan menyiapkan diri perlu dilakukan. Agar hasilnya lebih baik dari Yonex Thailand Open.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H