Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ladang dan Sawah, Dua Tempat Keseharian Nenek

3 Januari 2021   23:32 Diperbarui: 4 Januari 2021   15:46 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di usianya yang telah melewati 70 tahun, Oppung saya ( nenek ) boru Bondar tetap saja tak mau berhenti ke ladang dan sawah. 

Mungkin beliau adalah salah satu di antara banyak lansia yang tetap aktif melakukan aktivitas fisik. Di usia tersebut, harusnya beliau tak perlu lagi melakukan hal itu. Idealnya, beliau menghabiskan kesehariannya di rumah dan tak melakukan aktivitas fisik yang menguras banyak tenaga. 

Akan tetapi, beliau malah tetap saja ingin tetap beraktivitas di ladang, seperti membantu mencangkul, mengambil kayu bakar agar tak kesepian di rumah sendirian. Apalagi sejak oppung ( kakek ) berpulang 13 tahun lalu.

Menurutnya, ke ladang dan ke sawah bisa membuatnya lebih produktif. Juga dapat membantu sekaligus menemani cucu-cucunya bekerja. Baginya menemani cucu bekerja di ladang dapat membuatnya bahagia. 

Padahal secara fisik, beliau sudah tak kuat lagi mengangkat beban. Tak jarang cucunya melarangnya untuk ke ladang mengambil kayu bakar atau melakukan pekerjaan lainnya.

Namun beliau tetap saja tak mau. Ya, begitulah beliau. Yang tidak mau menyusahkan orang lain.

Memang sejak dulu beliau hanya bertani, sawah-ladang-sawah. Hanya di dua lokasi inilah beliau menghabiskan kesehariannya. Dari situ pula beliau dapat menghidupi delapan anaknya, yang sekarang telah berkeluarga semua. 

Tak ada mata pencahariannya selain dari hasil bertani. Maka tak heran bila beliau tetap bersikukuh untuk tetap aktif ke ladang dan sawah, meskipun tidak intens dan sekuat dulu.

Salah satu kebiasaan yang tak boleh ia lewatkan bila bekerja atau bahkan di waktu luang adalah memakan daun sirih dan kapur. Kalo ibarat orang yang sudah kecanduan, oppung ini adalah salah satu pecandu dengan daun sirih. 

Baginya daun ini ibarat obat sehari-hari yang tak boleh dilewatkan. Seringkali ia pergi ke ladang hanya untuk mengambil daun itu. Tak lupa juga merawatnya agar tak habis. Karena baginya, lebih baik menanam dan merawat daunnya daripada membeli di pasar. Rugi kalau keluar uang, itulah prinsipnya.

Sesekali beliau menawarkan kepada kami ( cucunya ) untuk makan daun sirih. Beliau bilang kalau makan daun itu bagus untuk kesehatan. 

"lihat saya masih kuat jalan kan, ke sawah atau mengambil kayu, itu kan karena saya sering makan daun sirih" . 

Begitu ia mengatakan kepada cucu-cucunya yang masih remaja.  Memang betul saja, daun sirih memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, terutama bagi gigi. Selain itu, daun sirih juga dapat mengatasi diare, menyehatkan jantung, mengobati luka lambung, menyehatkan alat reproduksi, mengatasi diabetes, hingga menurunkan kolesterol.

Dibalik usia yang tak muda lagi, oppung ( nenek ) merasa senang melakukan kesehariannya itu. Apalagi ia akan lebih sering ditemani cucunya. Baginya mengambil kayu ke ladang dan bertani adalah kegiatan membantu. 

Membantu dirinya agar tak kesepian dan lebih bahagia, juga membantu kebutuhan pangan. Tak hanya itu, ia juga mengedukasi kami lewat kebiasaan makan daun sirih. 

Hingga kini, beliau masih tetap melakukan hal itu, yang pasti ia akan lebih senang melakukannya bila cucunya sedang bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun