Suasana pagi di Bulan Ramadhan kali ini langit Kota Malang tempat saya tinggal sekarang nampak abu-abu tanda mendung sedang menyelimuti kota ini. Dari ruangan sekitar sembilan meter persegi ini saya coba melihat fenomena yang ada di sekitar saya dan lingkungan sosial dunia maya. Banyak hal berubah sejak Covid-19 mulai diberitakan oleh media-media penyebar berita di Indonesia. Satu hal yang pasti, doa untuk para petugas medis yang menangani pandemi ini tetap sehat. Amin.
Virus ini saya tahu di awal Bulan Januari lewat media pemberitaan online dari luar negeri. Awalnya saya pikir virus ini adalah virus lama mengingat menggunakan nama Corona yang sebelumnya nama virus itu sudah populer lewat SARS atau MERS. Jika ada beberapa film luar negeri yang menggunakan kata Corona sebagai nama virus yang menyebar saya tidak kaget karena virus ini sudah dikenal lama secara nama. Jadi saya pikir harusnya penanganan kasus Corona di Wuhan-China bisa menggunakan langkah-langkah yang ada sebelumnya. Dan saya salah.
Virusnya menyebar cepat sekali. Saking cepat dan luasnya lalu efek yang ditimbulkan besar, banyak teori-teori bermunculan tentang virus ini. Bahkan ada yang benar-benar yakin bahwa itu bukanlah virus yang tidak sengaja menular. Saya enggan masuk ke diskusi itu. Saya tidak tahu dan tidak memiliki data serta pengetahuan ke arah sana.
Karena dasar keilmuan saya adalah ilmu hukum, saya lebih tertarik jika membahas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bagaimana respon dari masyarakat. Saya tidak menghitung pasti berapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun secara garis besar mungkin bisa saya tangkap maksud dari pemerintah.
Saat pemerintah pusat enggan untuk melakukan lockdown saya sangat senang sekali. Ya, saya tidak sependapat dengan orang-orang yang menginginkan pemerintah mengeluarkan kebijakan lockdown. Dasar saya adalah kebingungan wilayah mana yang harus di lockdown, pos keuangan mana yang dikorbankan pemerintah terlebih dahulu untuk membiayai atau setidaknya membantu wilayah yang di lock.Â
Karena mustahil untuk menutup satu Indonesia. Nyawa manusia memang berharga dan ekonomi bisa dibangun kembali. Tapi membuat kebijakan dengan tergesa-gesa pun adalah tindakan bunuh diri yang nyata.
Setidaknya diawal virus ini terdeteksi di Indonesia kita sudah dianjurkan untuk mengisolasi diri dan keluar jika perlu serta menggunakan masker. Tapi itu saja kita belum sanggup untuk mematuhi. Terlebih kejadian-kejadian yang terjadi sepanjang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin menunjukkan tingkat kepatuhan kita terhadap peraturan rendah.Â
Lalu masyarakat berkomentar tentang bagaimana pemerintah yang "salah" karena melakukan pembiaran. Masalahnya yang saya lihat pemerintah sudah maksimal secara peran pemerintah sebagai regulator dan eksekutor. Kita harus dewasa dan mengakui pemerintah ada. Jangan kemudian ego dan enggan untuk disalahkan atau menganggap sendiri sudah baik. Saat seperti ini kita harus saling dukung, bukan saling berkomentar menyalahkan.
Beberapa waktu lalu melalui instagram saya membaca ada beberapa artis atau orang yang menurut saya terkenal meminta Pak Presiden untuk tidak plin-plan dalam membuat kebijakan. Masalahnya adalah membuat kebijakan apalagi di saat seperti sekarang ini tidaklah mudah. Kasus di Bandara Sukarno-Hatta beberapa waktu lalu menurut saya bukanlah salah dari pemerintah.Â
Karena jelas ada aturan khusus untuk naik moda transportasi umum saat pandemi ini. Namun itu disalah artikan oleh masyarakat sebagai peluang jalan-jalan bahkan mudik.
Serba salah di saat seperti ini. Tidak ada yang benar-benar pasti.
Matahari semakin meninggi. Awan mendung tadi pun perlahan menghilang. Saya sudahkan tulisan ini untuk melanjutkan aktivitas lain saya hari ini. Apapun yang kita jalani sekarang adalah jalan terbaik yang Tuhan pilihkan untuk kita. Mari bersyukur dan berdoa untuk keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan bersama. Amin. (AWI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H