Di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, mudik menjadi sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun. Jika tahun-tahun sebelumnya kita disibukkan dengan berita jalan rusak, mudik lebih awal, hingga berita kemacetan yang parah di beberapa titik. Sekarang berita lebih berfokus pada himbauan untuk tidak mudik.
Di tengah virus yang penyebarannya sangat cepat seperti Covid-19 ini, wajar jika kita tidak disarankan atau malah dilarang untuk mudik. Kita tidak pernah tahu apakah kita sedang terkena atau tidak atau parahnya mungkin kita justru hanya membawa virus itu dari daerah rantau ke daerah asal kita (kampung halaman) tanpa kita positif atau tidak. Saya sendiri sejak ada ramai pemberitaan virus ini lebih memilih menahan diri untuk tidak pulang meski awal-awal ada kesempatan saya untuk pulang dan berada dekat dengan orang tua dan saudara lainnya.
Orang tua saya berada di Madura, statusnya sebagai perantau di sana. Saya lahir di sana dan setiap mudik pilihannya ada 2 yakni ke Madura atau Kediri, kampung halaman Ibu saya.Â
Saya sekarang di Kota Malang dan memiliki banyak sekali kenalan baru orang Madura karena meski orang tua bersuku Jawa, saya tidak mau kehilangan bahasa Madura yang sudah menjadi bahasa saya sejak kecil untuk bergaul. Dan dari kenalan saya itu saya menulis tulisan ini.
Tepatnya tiga hari yang lalu sebelum saya posting tulisan ini di Kompasiana, teman saya berencana pulang kampung ke Madura tepatnya daerah Sampang.Â
Biasanya dia menggunakan bus dari Malang sampai ke Sampang, namun karena sekarang bus tujuan Surabaya sudah tidak beroperasi akhirnya dia putar otak dan mendapat info bahwa jalur penyebrangan ke Madura via Situbondo masih dibuka. Lalu kemarin, dia berangkat menuju Madura dan mungkin sudah sampai saat tulisan ini saya unggah.
Bagi yang belum tahu, jalur penyebrangan Pelabuhan Jangkar Situbondo itu melayani rute ke pulau kecil di sekitar Kabupaten Sumenep, Madura.Â
Penumpang kapal feri dari Pelabuhan Jangkar Situbondo itu biasanya tujuan Kalianget, Pulau Raas dan Sapudi. Memang, jalur mudik via Pelabuhan Jangkar Situbondo ini terbilang lebih lama dari jalur Surabaya via Jembatan Suramadu.Â
Namun seperti banyak diberitakan, Kota Surabaya sekarang sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang sempat viral karena kendaraan dari dan menuju Surabaya mengalami kemacetan parah karena ada pengecekan suhu dan pengecekan lainnya di perbatasan Surabaya dengan daerah lainnya.Â
Sebenarnya pemberitaan besar terhadap ditutupnya atau macetnya kendaraan yang masuk atau keluar Surabaya itulah yang mendorong teman saya untuk bergegas pulang ke Madura. Takut tidak bisa ke Madura lagi. Memang, tradisi Idul Fitri di Madura dan banyak daerah lain di Indonesia itu unik dan membuat rindu untuk dilakukan.Â
Belum lagi kerinduan dengan orang tua dan saudara atau orang terdekat lainnya. Memang benar kata Dilan kalau rindu itu berat. Tapi bijakkah pulang saat keadaan seperti sekarang?
Jujur jika ditanya apakah saya rindu pulang ke Madura saya akan tegas jawab sangat rindu. Kuliner Nasi Serpang, Rujak, Nasi Campur Amboina sampai olahan ikan laut seperti lorjuk (kerang bambu), kerang, kepiting yang dimasak orang tua saya, itu semua membuat saya selalu ingin pulang ke Madura.Â
Tapi saya takut pulang karena lingkungan saya adalah lingkungan yang rawan dan saya takut sebagai silent carrier dari Covid-19 yang bisa membahayakan orang-orang tidak hanya di keluarga mungkin juga untuk orang-orang di kampung saya.Â
Saya adalah orang yang tidak setuju lockdown melihat kebiasaan orang Indonesia yang saya temui. Namun saya juga tidak setuju ketika ditengah kegentingan seperti sekarang ini mengutamakan ego dari pada kelogisan.Â
Kecuali kita di test massal atau setidaknya sudah menjalani test Covid-19 dan dinyatakan negatif mungkin menjadi logis untuk mudik. Namun kalau belum dengan berbagai alasan dan kondisi, menjadi keegoisan untuk pulang ke kampung halaman di saat seperti sekarang. (AWI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H