Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Maknyus Ingatkan Saya Pada Mahasiswa

3 Agustus 2017   03:15 Diperbarui: 3 Agustus 2017   13:19 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik beras merk Maknyus yang terjadi beberapa minggu terakhir membuat teringat saat saya masih aktif berorganisasi dulu. Bukan karena polemik pro-kontra yang ditimbulkannya, melainkan inti dari panasnya polemik ini. Kekayaan. Saya tidak mengikuti secara pasti jalannya kasus ini. Tetapi dari apa yang saya tangkap bahwa kasus ini berdasar pada keinginan mencari untung semata. 

Dalam timeline sosial media saya banyak bermunculan kubu pro dan kubu kontra. Seolah menyiratkan kasus ini sebagai kasus besar atau sengaja dibesar-besarkan? Jujur saja, saya belum pernah makan beras premium merek Maknyus ini. Jadi dari pada saya kecebur dalam polemik ini lebih baik saya membahas cerita yang mirip dengan cerita Maknyus ini.

Sekitar tiga tahun lalu kisah serupa Maknyus ini saya jumpai di mahasiswa. Namun bendanya bukan beras, melainkan baju PDH (Pakaian Dinas Harian) atau seragamnya organisasi mahasiswa. Dalam banyak organisasi yang saya ikuti, sistem penyediaan PDH ini ada 3 (tiga) metode: metode tender (dikerjakan oleh anggota (dari divisi apapun) yang bersedia me-manage), metode divisi (dikerjakan oleh divisi tertentu yang ditugaskan untuk mendesain dan membuat PDH), dan metode subsidi (seluruh atau sebagian dana disubsidi oleh pihak tertentu, bisa sponsor atau kampus atau kas organisasi itu sendiri).

Apapun metode penyediaan PDH mengandung resiko untuk dimonopoli dan bisa terjadi korupsi dan penggelapan uang. Saya sendiri pernah memutar uang yang akan dibuat PDH dengan menginvestasikannya ke usaha tertentu yang kauntungannya saya ambil. Waktu itu yang saya dapat tidak banyak. Sekitar seratus ribu. Berdasar dari apa yang saya ketahui penyediaan PDH oleh mahasiswa itu "gudangnya uang".

Modus yang biasa dilakukan untuk korupsi dana penyediaan PDH adalah mengubah atau memberi keterangan palsu mengenai jenis kain yang dipakai, jenis sablon, bordir, dan nota pembelian. Saat barang datang (sudah jadi) dan saat ada yang protes si penyedia biasanya akan menyalahkan pihak konveksi yang dinilainya telah melakukan wanprestasi (tidak terlaksananya prestasi/hal yang harus tercapai). Setali tiga uang, yang protes tadi tidak mempedulikannya dan menganggap memang salah konveksi. 

Padahal jelas apabila terjadi wanprestasi harusnya pihak konveksi harus menyertakan pernyataan lalai terlebih dahulu kepada si penyedia PDH ini akibat kelalaiannya. Nyatanya pihak konveksi sudah melunasi prestasinya berupa membuat PDH sesuai pesanan yang dimaksud. Hal ini saya alami sendiri ketika iseng untuk menanyai PDH salah satu organisasi yang saya ikuti ke konveksi yang dimaksud dan apa yang dikatakan teman saya bahwa terdapat wanprestasi di pihak konveksi tidak benar. Spesifikasi yang dipesan dengan pesanan yang jadi (hasil jadinya) sesuai, namun berbeda dengan laporan yang dibuat oleh teman saya. 

Setelah saya kalkulasi saat itu, keuntungan teman saya itu sekitar lima ratus ribu hingga satu juta rupiah. Itu belum termasuk potongan harga yang biasanya pihak konveksi beri pada pelanggan yang memesan dalam jumlah lebih dari seratus PDH. 

Korupsi di Mahasiswa bukan hanya pada penyediaan PDH saja, tapi banyak sektor yang digrogoti oleh oknum mahasiswa. Dana pembuatan event misalnya. Event atau acara mahasiswa pada beberapa kampus ada yang menggunakan dana kampus, entah sebagian atau seluruhnya. Untuk event ada dua jenis tindak pidana yang biasa dilakukan, korupsi dan pencucian uang. Pelakunya pun tidak hanya perorangan namun juga melibatkan korporasi (organisasi yang mengadakan event). Modusnya sama, dengan memalsukan laporan pertanggungjawaban.

Sektor-sektor strategis dikampus biasanya dikuasai oleh orang-orang yang sudah memiliki dasar pemikiran yang korup. Anggota di rekrut untuk memuluskan apa yang mereka telah rencanakan. Untuk mengambil uang. Penipuan demi penipuan jamak ditemui di kampus. Tidak warasnya adalah hal demikian terus diturunkan dari generasi ke generasi. Seolah tidak ada lagi yang bisa menghentikannya. Pelakunya dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan "preman" hingga yang dinilai rajin beribadah.

Mahasiswa dibuat untuk memberikan solusi baru, hal kebaruan, bukan hal lama yang hanya dikemas baru. Kalian (mahasiswa) berteriak "Tolak Korupsi" atau "Hukum Koruptor!" tanpa kalian mampu mengingatkan diri sendiri dan teman kalian sendiri. Saya sadari, saya juga melakukannya, saya mengaku dan saya bukan khilaf hanya tidak mampu menahan godaan memutar uang bukan hak saya waktu itu. Semoga setelah kalian lulus nanti tidak berbuat hal yang sama. (AWI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun