Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ogah Membaca tapi Rajin Memberi Kesimpulan

12 September 2015   23:44 Diperbarui: 13 September 2015   07:14 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebagai mahasiswa dan sempat bergelut dibidang jurnalistik kampus menuntut saya untuk selalu tahu banyak dan banyak membaca buku. Buku beraneka dari hampir semua genre hingga pembahasan tuntas saya baca. Tak hanya buku, berita-berita di dunia maya pun harus terus saya pantau untuk tahu bagaimana perkembangan diluar dan dalam negeri versi masing-masing media.

Sebagai seorang mahasiswa, terlebih mahasiswa Fakultas Hukum, saya banyak terlibat dalam diskusi-diskusi yang diadakan organisasi dan kampus hingga diskusi ringan ala warung kopi. Topik pembahasannya pun menarik untuk diikuti. Mulai dari isu-isu dunia, politik nasional, hingga diskusi mengenai rasa jajanan yang kurang enak. Semuanya tersaji dengan berbagai reverensinya sendiri-sendiri.

Namun sayangnya hanya sedikit mahasiswa bahkan yang mengaku aktivis yang mau membaca. Jangankan membaca buku diluar keilmuan atau kegemarannya, membaca buku keilmuan mereka masing-masing pun ogah-ogahan. Tapi ajaibnya, bimsalabim..., mereka mengomentari berita yang dimuat oleh sebuah media. Komentarnya pun seringnya sinis dan cenderung berkata-kata kasar.

Entah kenapa saya memiliki keyakinan jika apa yang ditampilkan oleh mahasiswa adalah tampilan masyarakat kini. Jika mahasiswa berubah, masyarakat pun berubah. Mungkin itu premis yang saya dapat selama melihat mahasiswa.

Saya orang yang suka meminjamkan buku-buku saya kepada orang yang ingin membaca. Namun ingat, pinjam! Ada kebahagiaan sendiri ketika orang mau membaca diluar membaca online (membaca buku atau majalah atau sejenisnya). Bagi saya buku (kertas) memiliki cita rasanya sendiri. 

Salah satu alasan mendasar saya suka meminjamkan buku kepada orang lain adalah agar orang itu memiliki referensi dan dapat berdiskusi dengan saya. Karena saya yakin ketika satu orang membaca belum dapat memahami satu buku utuh. Setidaknya dengan ada dua orang atau lebih akan membuat kita paham betul apa yang diinginkan oleh si buku.

Kembali ke persoalan, kini kita masuk ke era dimana segala sesuatu sudah disediakan oleh internet. Seperti restoran all you can eat, anda berhak "memakan" apapun yang anda mau di internet. Semuanya anda yang menyaring dan anda yang menilai. 

Walhasil sekarang banyak sekali komentator-komentator dadakan terhadap berita atau isu tertentu. Seolah mendapat kebebasan tanpa takut hukuman, orang-orang mulai banyak mengomentari isu dengan pandangan pro dan kontra yang saling berperang kata-kata satu dengan yang lainnya.

Di dalam diskusi dan dalam memberi komentar terhadap sebuah artikel atau isu membuat saya memiliki satu kesimpulan. Masih banyak pembaca yang hanya sekedar membaca judulnya saja. Seolah pesulap atau bahkan ahli nujum, mereka mampu seolah-olah mengerti apa isi isu atau artikel tersebut.

Seperti makan namun hanya tahu nama tanpa tahu bentuk, rasa, bahkan resep dan cara membuatnya. Sialnya banyak sekali berita di dunia maya yang kurang akurat meski secara kecepatan bagus. Banyak reporter atau penulis yang hanya mencari sensasi dengan memasang judul yang ketika dibaca sepintas bersifat trial.

Memang jika kita melihat dari bagaimana mereka "hidup" tulisan-tulisan bombastis dan sensasional lebih memiliki nilai jual dan mendapat banyak klik dari pengguna internet. Ya, semakin banyak klik semakin banyak iklan yang mau mengiklankan barang atau perusahaannya di situs tersebut. 

Layaknya Kompasiana butuh Kompasiners untuk meramaikan lamannya, situs-situs berita atau artikel online pun demikian. Hanya sedikit  yang masih memegang teguh integritas dan semangat mencerdaskan. Rating menjadi urutan teratas dari target kebanyakan media online.

Saat berdiskusi di dalam sebuah forum resmi saya sering sekali diberi tulisan-tulisan dari situs/laman yang bagi saya kurang begitu bisa dipercaya. Sebagai seorang wartawan, meski wartawan kampus, saya sadar betul terhadap kredibilitas dan mana media yang masih dapat dipercaya. 

Salah satu kelemahan media online adalah kurangnya konfirmasi terhadap narasumber. Selain itu juga masih banyak yang mengutip dari laman lain. 

Sekarang tinggal kembali kepada anda mau menjadi seperti apa. Yang jelas ketika berita hanya dilihat judulnya saja sama seperti anda menilai buku hanya dari sampul. Judul bukanlah ringkasan, judul bukan pula tema, anda harus membacanya untuk mengetahui seperti apa sifat si tulisan. Bisa jadi si tulisan hanya tulisan abal-abal yang hanya bertujuan menggiring opini anda.

Ingat, membaca adalah sebuah aktifitas memahami maksud si penulis. Jangan sampai aktivitas membaca hanya dijadikan ajang untuk menghujat atau egoisme semata. Selesai membaca jangan keburu-buru untuk mengomentari, like, atau share. Nilai dulu seberapa pantas atau kurangnya berita atau artikel itu, setelah itu anda bebas untuk mengomentari, like, atau share artikel atau berita itu. (AWI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun