Alasan saya lebih memilih musyawarah adalah karena pemimpin yang dipilih secara voting sudah banyak buktinya memiliki kualitas yang buruk. Berdasar elektabilitas atau ketenaran saja seseorang bisa menjabat menjadi pemimpin, padahal belum tentu dia memiliki kapabilitas sebagai seorang pemimpin.
One man one vote juga yang membuat saya tidak setuju dengan demokrasi voting. Bayangkan harga orang yang bisa dibeli dengan orang yang memilih dengan teliti sama. Bagi saya itu tidak adil dan tidak bisa menjadi patokan pemimpin yang terpilih adalah benar-benar pemimpin yang berkompeten.
Demokrasi mencipta kebebasan. Kebebasan adalah hak dasar setiap individu. Sebagai hak dasar tentu kita miliki sejak kita lahir. Namun perlu ada norma, nilai dan hukum untuk mengatur dan membatasi itu semua agar tercipta kehidupan yang damai tentram dan bahagia. Jangan sampai kata kebebasan berubah menjadi kebablasan yang buntutnya bisa jadi perpecahan. Sudah banyak bukti kebablasan berujung perpecahan. Setidaknya wilayah timur tengah (daerah arab) sudah membuktikannya. (AWI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H