Aku memanggil dalam hening, Â Aku berteriak marah,
Aku diam seribu bahasa berharap, Aku bertanya dalam keramaian.
Ku dengar, Dia bisa disembah dengan berbagai cara, tapi Dia hanyalah satu.
Tapi mengapa perbedaan itu, membuat diriNya terlihat  ada lebih dari satu?
Ku dengar lagi, Dia lah yang mengajarkan DAMAI dan KASIH.
Tapi mengapa hanya ada tusuk menusuk di antara pencari itu?
Kalau semua diciptakan oleh Dia yang disebut TUHAN dengan berbagai nama,
mengapa masih ada rasa paling hebat di bulatnya bumi ini?
Aku mencari Tuhan, karena aku hanya inginkan jawaban dari sekian pertanyaan yang tak pernah usai.
Mungkinkah akan sulit?
Satu jawaban akan ada, ketika aku sungguh melihat Dia.
Nyatanya, ditengah keramaian, aku melihat wajah Dia terpancar, ketika seorang menyapa yang lain, tanpa ada rasa curiga.
Ditengah orang asing ada pancaran kasih sebagai keluarga besar dunia, aku kembali melihat wajah Dia.
Bukankah berarti aku akan menemukanNya?
Ah indahnya Dia, menciptakan pelangi.
Meski aku berbeda cara dengannya untuk menyembah Tuhan, tapi aku bisa merasakan getaran kasih dari satu TUHAN itu untuk dunia ini.
Tuhan, sakitnya dunia ini ketika berbondong-bondong membuktikan kehebatanMu untuk berada di atas gunung no 1, tolonglah Tuhan.
Jangan biarkan gendang perang ditabukan dulu, baru kami mengerti.
Biarkan kami mengerti, dan menghargai cara-cara yang berbeda itu.
Supaya kelak semakin nyata ajaranMu kepada dunia ini. Dan keluarga dunia ini bisa berfoto menjadi satu dalam  dinding surgaMu.
Jakarta,04 Oktober 2010.
Hanya coretan dari bisikan hati yang terdengar, mungkin pernah merasakan damai dari pelangi itu dan merindukan pelangi bertebar dalam cerita massa. ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H