Mohon tunggu...
Lamsihar Siregar
Lamsihar Siregar Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Foto di salah satu lokasi kerja

S.Kom | HSE iNspector | Pelalawan-Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Bubar pada Tahun 2030? Jujur, Ya atau Tidak?

22 Maret 2018   09:56 Diperbarui: 22 Maret 2018   11:35 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pikir kita ini terlalu bodoh jika sedikit-sedikit selalu berpatokan kepada kajian-kajian asing, padahal kajian asing itu bisa saja mengandung unsur bisnis yang bertujuan mengambil keuntungan dari negara lain.

Mungkin sudah banyak kajian-kajian asing yang menjadi raja dan menjadi aturan di negeri ini hingga kajian itu berdampak kepada petani, nelayan dan peternakan yang ada di negeri ini. mungkin.

Musang, kata kajian asing itu, begini, begini, begini. Akhirnya berdampak kepada mereka yang ingin mengembangkan kopi luwak. Mungkin.

Lahan gambut, hutan, Sawit dan Nelayan, kata kajian asing itu, begini, begini, begini, akhirnya berdampak juga di negeri ini. Mungkin.

Dan banyak lagi kajian-kajian asing yang menjadi raja di negeri ini. Mungkin.

Masalahnya mungkin bukan hanya sampai disitu, coba bagi kamu yang paham soal komunis, mengapa saat ini kamu takut mendukung hal positif dari komunis jika diterapkan di negeri ini? Tapi mengapa kamu berani mengungkapkan jika kamu berada di luar negeri ini? ini hanya mungkin.

Mengapa kamu takut? apakah karena kajian asing yang telah menjadi raja di negeri ini atau karena kajian dari negeri sendiri? Saya pernah membaca persoalan ini dari media asing, dan ini sungguh lucu bagi warga negara asing yang ada diluar sana, terutama bagi warga negara yang anti Amerika Serikat. Hal ini membuat mereka tertawa terkencing-kencing, kita jujur saja, apakah kamu mau negeri ini mandek hanya karena kajian-kajian asing? Mungkin.

Mungkin Itu yang saya pahami dari pesan pak Prabowo, negeri kita ini hampir hilang tinggal nama di tahun 2030. mungkin.

Petani kita menyewa tanah setengah hektar kepada tuan tanah, sementara orang asing menyewa tanah kepada pemerintah dengan luas ribuan hektar.

Banyak masyarakat tamatan SD yang mampu mengelola tambang minyak bumi di tanah air ini dengan cara sembunyi-sembunyi, KECUALI ORANG ASING TAK PERLU SEMBUNYI.

Begitu juga dengan nenek-nenek dan kakek-kakek banyak yang mampu mengelola tambang Emas ditanah kelahirannya sendiri dan ditanah kelahiran kakek-neneknya tapi dengan cara sembunyi-sembunyi, KECUALI ORANG ASING TAK PERLU SEMBUNYI.

Itu semua karena apa?

Sepertinya itu karena kajian-kajian-kajian asing. Mungkin.

Untuk apa negeri ini maju di mata dunia dengan kemegahan infrastuktur tapi penduduk asli hanya sebagai penyewa dan penonton di tanah kelahirannya sendiri. Mungkin.

Indonesia bukan Australia dan bukan pula Amerika Serikat. Dua negara ini sangat maju dan disegani di mata dunia, tapi penduduk asli dari dua negara ini sama sekali tidak disegani bahkan hidupnya lebih terbelakang dari kehidupan kita. mungkin.

Bagi saya, lebih baik saya tidak mengenal kemajuan jaman tapi saya berdaulat ditanah kelahiran saya sendiri. Mungkin.

Bagi saya, tidak masalah negeri ini disebut sebagai negara miskin oleh pihak asing, yang penting bagi saya tidak menjadi penyewa dan penonton di tanah kelahiran saya sendiri dan juga ditanah kelahiran kakek-nenek saya sendiri. Mungkin.

Salam.

Penulis: Lamsihar Siregar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun