Mohon tunggu...
Sowi Muhammad
Sowi Muhammad Mohon Tunggu... -

Menulis dengan intuisi tanpa teori

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kutukan Jokowi Seperti SBY, Demokrat dan PKS

17 Januari 2015   07:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:58 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, mencitrakan diri bersih dan menjaganya pada dunia politik sama dengan mencampurkan putih dengan hitam. Sangat mustahil bersih bisa bertahan dalam kotornya dunia politik. Jangankan mencampurkan putih dan hitam, peribahasa diatas sudah mengatakan setitik nila (noda) saja sudah merubah persepsi dari bersih menjadi kotor.

Dalam kasus Jokowi yang memilih tersangka korupsi sebagai Kapolri, bisa disebut sebagai nila setitik. Tapi, walau setitik tetap saja sudah tidak bersih dan Jokowi harus menerima hujatan pendukungnya dan caci maki dari kelompok anti Jokowi.

Apalagi, saat ini korupsi dipersepsikan sebagai suatu yang teramat sangat kotor karena gencarnya kampanye anti korupsi yang kian masif dan terstruktur. Memilih Budi Gunawan membuat Jokowi dianggap tidak bersih lagi. Ditambah lagi, di benak masyarakat telah tertanam KPK itu bersih dan tersangka KPK sudah dipastikan adalah koruptor yang kotor.

Akhir kata, untuk orang yang akan turun ke kancah politik, atau partai baru, jangan coba untuk memakai jargon bersih, karena lambat laun kutukan itu akan berlaku. Pujiannya besar namun hujatannya juga lebih besar.

Setelah terakhir Jokowi di Pilpres, masih adakah politisi yang masih berani menggunakan jargon bersih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun