Mohon tunggu...
Sowi Muhammad
Sowi Muhammad Mohon Tunggu... -

Menulis dengan intuisi tanpa teori

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setelah BG, Giliran Megawati vs SBY

17 Februari 2015   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skenario Kapolri jatah PDIP berjalan dengan mulus. Secara konstitusi, tidak ada lagi beban Jokowi untuk tidak melantik Komjen Budi Gunawan (BG). Skenario ambil alih KPK juga hampir rampung, sasaran PDIP selanjutnya adalah SBY!

Inilah yang dinanti-nantikan dari lanjutan kisruh cicak vs buaya di era Presiden Jokowi. Pembalasan Megawati untuk SBY. Hukuman dari mantan presiden atas 'pengkhianatan' mantan anak buahnya. Penuntasan dendam dua kali kalah Pilpres, 2004 dan 2009. Sekaligus 'memarkirkan' kasus BLBI dan rekening gendut BG yang akarnya menjalar kemana-mana.

Siap tidak siap, SBY harus menghadapi pertarungan politik hukum ini. Takutkah SBY? Pasti! Seperti salah satu dari beberapa doanya melalui kicauan di akun twitternya. "Ya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Pemimpin, bangsa dan negara kami tengah Engkau uji sekarang ini. Tolonglah kami,".

Sebuah doa politis, memainkan kata-kata bak seorang negarawan yang mementingkan bangsa dan negara. Publik tahu, SBY bukan negarawan, melainkan politikus sejati yang ahli meracik strategi. Kepiawaian politik SBY telah teruji dengan berhasil berkuasa, langgeng selama dua periode dan juga diakui dunia internasional.

Kalau SBY tulus berdoa, tidak harus melalui media sosial. Rangkaian doa di twiteer itu hanya bagian dari strategi penggalangan opini untuk menggerakan rakyat Indonesia agar mengganjal skenario pengambilalihan KPK oleh Megawati melalui Jokowi si petugas partai. Ya, KPK cuma diambilalih, bukan dihancurkan.

Sama dengan waktu SBY berkuasa. Kalau berseberangan dengan penguasa, KPK diambilalih dengan mengganti pimpinannya, selanjutnya dikuatkan lagi untuk dijadikan alat politik untuk mengontrol kawan dan menggempur lawan.

Sebagai musuh bebuyutan Megawati, kekuatan politik hukum SBY mulai rapuh. 'Orang' SBY di KPK, seperti Abraham Samad sudah tak bisa diandalkan, karena sudah masuk jebakan. Begitu juga dengan 'orang' SBY di Polri, Jokowi telah mencopot Jenderal Sutarman dan membatasi gerak Komjen Suhardi Alius.

Walau BG belum dilantik menjadi Kapolri, saat ini Polri sudah 'milik' Megawati. Sedangkan KPK secara beruntun, empat pimpinannya akan dinonaktifkan Jokowi dan melalui Perppu diganti 'orangnya' Megawati sebagai pelaksan tugas (Plt). Dua mantan pimpinan KPK, Taufiqurahman Ruki dan Tumpak Hatorangan sudah disiapkan PDIP untuk 'masuk' ke KPK.

Jika skenario pengambilalihan KPK berjalan mulus, maka publik akan mulai disajikan berbagai kasus korupsi yang muaranya ke SBY. Pasukan sakit hati SBY, seperti Nazarudin, Anas Urbaningrum, dan teranyar Sutan Batoegana adalah asset untuk 'membidik' SBY.

Selama lima tahun ke depan, publik akan disajikan beberapa drama 'dosa-dosa' pemerintahan SBY selama sepuluh tahun. Bisa mulai dari Ibas, Boediono, Ani Yudhoyono atau lainnya yang tujuan akhir adalah SBY. Tentunya akan menjadi kisah yang sangat menarik untuk diikuti.

Saat ini SBY sedang ngeri-ngeri sedap, tapi sebagai politikus, SBY tentu sangat memahami resiko politik. Mungkin ada penyesalan SBY, karena selama kekuasaannya gagal menghabisi Megawati melalui skandal BLBI. Sama dengan penyesalan Abraham Samad yang gagal menjalankan misi dari SBY, malah tergiur jabatan Wapres, tapi ternyata hanya jebakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun