Mohon tunggu...
A. Husna
A. Husna Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menuliskan "kisah kecil" tentang Pak Ustadz. (Bisa ditemui di \r\nhttp://petisikotbah.wordpress.com)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mata yang Selamat

11 Agustus 2010   02:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu Pak Ustadz hendak menengok Bang Muhar yang sedang dirawat di rumah sakit. Bang Muhar terjatuh dari motor saat menuju kantornya. Bang Muhar bekerja sebagai satpam di sebuah instansi pemerintah. Ketika sedang berada dalam pembaringan, Bang Muhar terkejut mendapati Pak Ustadz sudah berada di depan pintu kamar. ”Eh, Pak Ustadz. Masuk, pak. Masuk!” seru Bang Muhar setelah menjawab salam Pak Ustadz. Pak Ustadz tersenyum mendengar seruan Bang Muhar. ”Lho, kok nggak ada yang jaga?” tanya Pak Ustadz. ”Sendirian saja, nih.” Bang Muhar tersenyum kecil. Ia tahu Pak Ustadz ingin menggoda dirinya karena bukankah dirinya memang belum menikah. Masih betah sendiri. Belum ada yang mau. Pak Ustadz memperhatikan sekujur tubuh Bang Muhar. Semua tampak tidak ada masalah, kecuali matanya. Mata yang sebelah kiri bahkan tertutup rapat karena diplester. Sedangkan yang kanan terlihat memerah. Menyala. Kata Bang Muhar, mata itu terkena sodokan setang motor miliknya. Ia jatuh terjerembab setelah gagal menghindari lubang jalan yang berada di depannya. ”Setang motor sukses menyentuh matamu. Tapi, aku doakan, api neraka tidak mampu menyentuh kedua matamu,” kata Pak Ustadz setengah serius, setengah bercanda. Bang Muhar merasa tersanjung. ”Ah, Pak Ustadz ada-ada saja...." "Lho, bener!" Pak Ustadz sekarang serius. "Memang mata seperti apa yang tidak akan terkena api neraka, Pak Ustadz?” Pak Ustadz terdiam sesaat. Senyum candanya pudar. ”Mata yang tidak tersentuh api neraka itu ada dua. Pertama, mata yang selalu meneteskan air mata karena takut kepada azab Allah. Kedua, mata yang selalu begadang sebab berjaga di jalan Allah." Hati Bang Muhar berbunga. Ia tersenyum. Batinnya berbisik. "Ah, Pak Ustadz, pagi-pagi sudah memberi tausiah.” * * * Sumber gambar: http://www.wallpaperez.info/wallpaper/movie/The-Eye-1429.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun