Karnaval HUT RI Tanpa 'Tandu Jenderal Sudirman'.
Perayaan HUT RI tidak lengkap bila tidak disertai karnaval anak-anak. Sejak saya masih kecil hingga kini, saya melihat bentuk yang tidak pernah berubah. Anak-anak akan didandani oleh orang tuanya dengan atribut pakaian 'dinas profesi', misalnya: tentara, polisi, dokter, sarjana, dan sebagainya.
Pada saat saya masih anak-anak. mungkin karena keterbatasan dana, para peserta pawai karnaval kampung banyak yang cuma bergaya ala gerilyawan, dengan tampilan telanjang dada tanpa baju, bercelana pendek, berselempang sarung, ikat kepala bendera merah putih (untuk selempang leher dalam Kepramukaan), sambil membawa bambu runcing yang ujungnya dilumuri cat merah. Untuk menambah kesan 'perjuangan' maka beberapa anak-anak membuat replika tandu yang seolah-olah menggambarkan ketika dalam perjuangan revolusi fisik, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit ditandu dan melakukan longmarch bersama pasukannya untuk bergerilya menghindari kejaran tentara Belanda.
Anak-anak yang memakai pakaian 'dinas profesi' tidak begitu banyak jumlahnya. Maklumlah, harga seragam ABRI dan Polisi untuk anak-anak waktu itu masih terbilang mahal. Oleh sebab itu penampilan yang paling afdol hanyalah 'gaya gerilya'. Apalagi dengan sepeda mereka yang harus dihias warna-warni. Boro-boro menghiasnya, sepedanya saja banyak yang tidak punya. Oleh karena itu, karnaval saya jaman dulu tidak pernah menyuguhkan hiasan sepeda berbentuk 'tank, 'kapal' maupun 'pesawat tempur'. Yang ada hanya becak yang diberi hiasan potongan-potongan ranting serta diberi soundsystem untuk membunyikan lagu-lagu instrumental perjuangan yang berasal dari kaset produksi Lokananta, yang berlabel: Mars 'Bambu Runcing'.
Hari ini, Minggu, 24 Agustus 2014, perumahan tempat saya mengadakan karnaval anak-anak, yang telah mengalami kevakuman selama 3 tahun terakhir. Para orangtua menyambut dengan antusias acara tersebut. Sehari sebelumnya, semua sibuk menghias sepeda anaknya. Saya juga berpikir keras mendesain model 'perahu' untuk sepeda anak saya. Pada pagi hari menjelang pelepasan peserta karnaval, saya lihat anak-anak perumahan tampil memikat. Sangat berbeda jauh dengan suasana yang saya kisahkan sebelumnya.  Banyak anak perempuan yang berpakaian adat daerah, misalnya: Baju Bodo (Sulawesi) dan baju Kebaya Jawa. Sepeda yang dipunyai (semua anak-anak perumahan  pasti mempunyai sepeda pribadi), dihias dengan beraneka macam bentuk. Ada yang berbentuk kupu-kupu, motor pengawal polisi, pesawat tempur, dan sebagainya.
[caption id="attachment_339528" align="aligncenter" width="336" caption="Anak-anak perumahan yang berbahagia,"][/caption]
[caption id="attachment_339529" align="aligncenter" width="336" caption="Sepeda "]
Dalam karnaval pagi tadi tak tampak sedikitpun suasana perjuangan fisik ala gerilya tempo doeloe. Penampilan gerilyawan yang menggotong 'tandu Jenderal Sudirman' juga tidak ada. Remaja-remaja RW yang dilibatkan untuk bertugas sebagai Panitia pengamanan karnaval juga tidak ada yang mau tampil berpakaian ala pejuang 45. Suasana perjuangan fisik kelihatannya telah terlupakan atau tidak menarik lagi bagi para peserta karnaval. Beruntung, para ibu-ibu yang turut serta berjalan kaki di belakang karnaval, dengan penuh semangat menyanyikan lagu-lagu mars perjuangan sehingga saya yang sedang mendorong sepeda si kecil masih bisa merasakan nuansa perjuangan dalam karnaval pagi tadi.
Terselenggaranya karnaval tadi pagi merupakan upaya serius dari Ketua RW perumahan saya yang baru saja terpilih. Kebetulan dia dan istrinya, adalah sosok yang masih muda, enerjik, dan merupakan anggota TNI, sehingga mampu menjadi motivator dalam mewujudkan perayaan HUT RI tahun ini, setelah tiga tahun terakhir tidak dilakukan. Rasa capek karena rentetan pertandingan olah-raga, usai libur Lebaran yang masih akan berlanjut hingga malam Pentas Seni pada tanggal 6 September mendatang, seolah-olah menjadi obat penawar bagi warga perumahan yang telah lama terkungkung tanpa pernah bisa berkumpul bersama dalam acara kegembiraan.
24 Agustus 2014.
activate javascript
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H