Mohon tunggu...
Sigit R
Sigit R Mohon Tunggu... Freelancer - masjid lurus, belok kiri gang kedua

Pedagang tanaman hias, menulis di waktu senggang, prefer dari teh daripada kopi, tinggal di Batam

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nestapa di Beranda Negara Akibat Angin Utara

23 November 2019   11:54 Diperbarui: 24 November 2019   10:15 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah awak perahu pancung memuat berbagai kebutuhan sehari-hari di Dermaga Desa Belakangpadang, Batam, Kepri. Saat angin utara bertiup, ombak meninggi dan mengganggu distribusi sehingga harga barang naik. Foto/Joko Sulistyo

Masyarakat sangat memahami kesulitan saat angin utara bertiup. Mereka mengubah pola, mengurani porsi dan mengganti menu untuk mencukup-cukupkan pendapatan. Memiliki UMK tinggi sebuah keuntungan, namun tinggal di kota yang berbiaya tinggi tak bisa dibilang menguntungkan.

Potret sederhananya, sebuah keluarga dengan pendapatan gabungan Rp6 hingga Rp8 juta perbulan harus mencari cara agar cukup hingga tanggal gajian berikutnya. Bebannya bisa jadi lebih besar dari pendapatan karena kebanyakan rumahtangga usia muda masih harus mengangsur kredit rumah, kendaraan, membiayai pendidikan dan biaya sosial lainnya. Sisanya, baru digunakan untuk menjaga dapur tetap mengepul.

Pendapatan mereka mungkin tidak bersisa. Beruntung jika mereka dapat menjalankan bisnis kecil dan dapat menambah pendapatan dari usahanya itu.

Namun ada banyak kelas pekerja yang dihadapkan pada keterbatasan waktu dan tenaga, hanya memiliki satu pekerjaan saja.

Saat angin utara, kelas pekerja itulah yang terpukul paling keras. Pasalnya, pemerintah dengan Tim Terpadu Pendendali Inflasi Daerah (TPID) kerap hanya menjadi petugas catat kenaikan harga. Solusi jangka pendek paling umum adalah operasi pasar.

Namun operasi pasar di Batam yang biasanya dibuka pada jam kerja PNS kerap tidak dapat terakses kelas pekerja. Mereka masih berada di pabrik-pabrik di sejumlah kawasan industri. Para buruh industri itu harus pasrah tetap mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga tinggi, sementara gajinya tetap.

Batam harus berdaya. Pemerintah harus mencari jalan untuk menjamin stok kebutuhan pokok tetap terjamin dengan harga terjangkau. Sejauh ini, Batam belum berbuat untuk menjaga harga tetap sesuai dengan kantong kelas pekerja.

Buruh dari berbagai serikat berunjuk rasa di halaman Pemko Batam beberapa waktu lalu. Para buruh itu menolak besaran UMK yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup. Foto/Joko Sulistyo
Buruh dari berbagai serikat berunjuk rasa di halaman Pemko Batam beberapa waktu lalu. Para buruh itu menolak besaran UMK yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup. Foto/Joko Sulistyo

Batam bisa saja membuka kerjasama dengan daerah penghasil produk pertanian di Pulau Sumatera atau kabupaten lain di dalam provinsi untuk menjamin pasokan dan harga. Kemudian, memberikan subsidi pengangkutan dan membuka gudang berpendingin.

Namun Batam cenderung lebih suka menyerahkan persoalan pangan itu pada mekanisme pasar, sehingga inflasi faktor yang sama tidak pernah absen tiap tahunnya.

Pemerintah mestinya berpihak kepada kelompok ekonomi lemah yang bersusah payah mencukupkan gaji agar sampai pada bulan berikutnya. Peristiwa alam tidak dapat ditolak, namun bukannya tidak dapat disikapi. Jika pemerintah peduli, minimal dampak angin utara tidak terasa sepanjang tahun-tahun sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun