Akhir-akhir ini, warga Batam, terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga dipusingkan dengan lesapnya gas elpiji 3 kilogram dari pasaran. Selama beberapa hari, pangkalan-pangkalan gas yang ada di Batam mengalami kekosongan persediaan.
Sebagian warga merasa persoalan gas melon itu terlambat mendapat respon. Kendati begitu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam bersama Pertamina turun ke lapangan melakukan inspeksi usai warga meributkan persoalan itu di berbagai grup media sosial.
Tak kurang, Ketua DPRD Batam Nuryanto turut bersuara melalui media. Dikutip dari batamnews.co.id Jumat (15/11) lalu, Cak Nur meminta Disperindag, Komisi II DPRD Batam dan Pertamina menelusuri akar permasalahan kelangkaan gas tersebut. Menurut dia, kelangkaan gas yang terjadi berulang-ulang mestinya dapat diantisipasi. Dia menyesalkan, pihak-pihak yang bertanggung jawab mengurusi persoalan gas itu terkesan menunggu laporan resmi untuk bergerak.
Sementara, ditemui di Jakarta, Minggu (17/11) lalu, Bakal Calon Wali Kota Batam Lukita Dinarsyah Tuwo menyatakan, dirinya memantau persoalan gas dari berbagai media massa. Meskipun sedikit terlambat, Lukita mengapreseasi respon Pemko Batam dan Pertamina yang menggelar operasi pasar.
"Namun itu solusi jangka pendek, trouble shooting sementara. Mungkin hanya cukup untuk satu bulan saja," ungkap Lukita.
Bacawako yang mantan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam itu menyebut, ke depan, harus ada solusi jangka panjang agar ada jaminan kebutuhan energi di Batam terpenuhi. Dia menyarankan agar ada evaluasi tata kelola dan distribusi untuk menjamin gas bersubsidi tepat sasaran.
"Jika perlu, penyalah gunaan harus diberikan punishment," katanya.
Setelah tata kelola dibenahi, Lukita mengajak masyarakat untuk turut memantau jika ada penimbunan dan penggunaan gas yang tidak tepat sasaran.
"Perlu juga adanya sosialisasi, imbauan kepada masyarakat yang mampu untuk berpindah ke gas non subsidi," lanjut Lukita.
Solusi jangka panjang yang perlu ditempuh adalah membangun jaringan gas kota. Sebagai perencana pembangunan yang berlatar belakan teknik industri, Lukita menganggap Batam lebih dari mampu untuk membangun jaringan gas kota.
"Potensinya ada, pasarnya ada. Sudah ada 18 ribu pendaftar yang mengantre, tinggal bagaimana merespon pendaftar yang belum terlayani itu," kata Lukita.
Menurut doktor bidang ekonomi lulusan Amerika Serikat itu, Pemko Batam harus proaktif memperjuangkan pembangunan jaringan tersebut. Saat ini, PGN Batam telah memasang hampir 5 ribu sambungan gas bumi ke pelanggan rumah tangga. Pemko perlu berjuang untuk menambah kuota jaringan gas bumi PGN.
"Biasanya kendalanya izin dan lahan. Mudah diatasi jika mau," ungkap Lukita.
Persoalan lahan, Lukita optimistis BP Batam dapat memfasilitasi. Sementara, persoalan izin, pemko akan lebih mudah jika memiliki perencanaan yang mantap.
"Yang penting diawasi pembangunannya, harus transparan. Jadi tidak ada warga yang saling iri, semua pendaftar terlayani, meskipun bertahap," pungkas Lukita. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H