Mengalir Sebagai Darah Kehidupan: Peran Anak Muda dalam Menyongsong Era Energi Baru Terbarukan, 89 Mahasiswa Ikuti Kuliah Perdana Gerilya Academy
Jakarta, 5 Februari 2024 - Gerilya Academy menjadi saksi kuliah perdana yang menginspirasi, dihadiri oleh 89 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia pada tanggal 5 Februari 2024. Ahli energi terkemuka, Agus Cahyono Adi yang akrab dipanggil Pak ACA, memimpin sesi tersebut, menegaskan bahwa Energi Baru Terbarukan (EBT) bukan sekadar komoditas, melainkan nyawa bagi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metafora darah yang mengalir dalam tubuh kita, Pak ACA menyampaikan urgensi transisi energi dari fosil, terutama dominasi Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (PLTU).
Dalam pandangannya, anak muda diidentifikasi sebagai penerus pelaksana program transisi energi. "Kalian ini merupakan pemuda-pemudi yang kita harapkan sebagai penerus pelaksana dari program transisi energi ke depan," ungkap Pak ACA, membuka pintu bagi partisipasi aktif anak muda dalam transformasi energi. Kuliah ini menggarisbawahi peran kunci mereka dalam menghadapi tantangan pemanasan global dan mencapai target ambisius EBT sebesar 23% pada tahun 2025.
Pak ACA tidak hanya menyoroti tantangan dalam transisi energi, tetapi juga menawarkan solusi yang mendasar. Dia menekankan bahwa EBT bukan hanya jawaban terhadap pemanasan global, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi perekonomian lokal. Proyek EBT dapat menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah pembangunan, menjadikan transisi energi sebagai kunci tidak hanya untuk perlindungan lingkungan, tetapi juga penguatan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dalam kuliah mencakup isu-isu penting seperti greenflation dan pengelolaan carbon capture storage, menyoroti kompleksitas perjalanan menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Meskipun ambisi ini luhur, kuliah tersebut memberikan gambaran realistis dan membangun kesadaran tentang pentingnya komitmen bersama, inovasi berkelanjutan, dan partisipasi aktif anak muda.
Sebagai ajang pembelajaran dan inspirasi, kuliah perdana ini menciptakan kesempatan bagi 89 mahasiswa untuk terlibat aktif dalam perubahan positif. Dengan penekanan pada kolaborasi lintas sektor, inovasi, dan partisipasi generasi muda, Indonesia diharapkan mampu menyongsong masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. Langkah pertama menuju transformasi energi telah diambil, dan peran anak muda menjadi kunci utama dalam memastikan kelangsungan hidup planet ini.
Kuliah perdana ini juga memberikan wawasan mendalam tentang tantangan teknis dan kebijakan yang mungkin dihadapi dalam pencapaian NZE 2060. Greenflation, sebagai isu utama, menuntut pemikiran kreatif dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor EBT tanpa mengorbankan kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Pengelolaan carbon capture storage juga menjadi perhatian serius, mengingat pentingnya teknologi ini dalam mengurangi emisi karbon, tetapi harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan.
Pak Aca juga menyoroti bagaimana polusi dan emisi yang dihasilkan dari sumber energi konvensional dapat memberikan konsekuensi serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingga diperlukan upaya beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim.
Lebih jauh lagi, Pak Aca menjelaskan inisiatif yang diambil oleh pemerintah, industri, dan akademisi untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Disinilah pentingnya kolaborasi lintas sektoral dalam energi yang bersih dan terjangkau, sekaligus mengurangi emisi sesuai dengan komitmen global untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Di sisi positif, EBT bukan hanya sebagai solusi untuk tantangan global, tetapi juga sebagai pendorong ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat. Proyek EBT, dengan penciptaan lapangan kerja dan stimulasi pertumbuhan ekonomi, memberikan dampak positif secara langsung pada komunitas sekitar. Ini menunjukkan bahwa transisi energi bukan hanya tanggung jawab bersama dalam melindungi lingkungan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.