Mohon tunggu...
Sigit Priatmoko
Sigit Priatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Selain sebagai dosen, saya juga sehari-hari sebagai Editor in Chief Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Saya juga aktif dalam komunitas literasi bernama Kita Belajar Menulis (KBM) yang basisnya di Kabupaten Bojonegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Literasi, Nalar Kritis Mahasiswa, dan Masa Depan Bangsa

27 Juni 2022   08:34 Diperbarui: 28 Juni 2022   04:00 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas dengan laptop (Kalbis Institute via edukasi.kompas.com)

Sayangnya lagi, GLN sepertinya tidak menyasar jenjang ini. Sejauh ini belum ada program-program literasi di bawah payung GLN di jenjang perguruan tinggi.

Tujuan utama Gerakan literasi adalah mewujudkan masyarakat yang literat, artinya masyarakat yang melek informasi dan mampu memproduksinya untuk kemaslahatan bersama. 

Di perguruan tinggi, literasi sangat dibutuhkan untuk membuka cakrawala pengetahuan dan visi mahasiswa yang pada gilirannya dapat membangkitkan nalar kritis mereka. Nalar kritis inilah yang dapat membantu mahasiswa turut andil memonitor jalannya demokrasi di negara ini.

Tentu kita masih ingat bagaimana kiprah mahasiswa di era perjuangan kemerdekaan, revolusi, dan reformasi 98. Merekalah motor penggerak peristiwa-peristiwa besar itu. Tanpa nalar kritis mahasiswa, mungkin sampai detik ini, demokrasi kita masih belum beranjak dari otoritarianisme. Sebab itu, kebiasaan membaca juga urgen untuk terus ditumbuhkan, dipupuk, dan dikembangkan di perguruan tinggi.

Sivitas akademika, utamanya pimpinan perguruan tinggi, perlu menyusun program pembudayaan literasi yang salah satu sasaran utamanya adalah mahasiswa. 

Banyak program pelatihan penulisan dan penelitian selama ini sebagian besar hanya untuk dosen saja. Padahal, karya-karya ilmiah mahasiswa juga dibutuhkan sebagai bahan rekognisi perguruan tinggi. Bahkan sekarang, keterlibatan mahasiswa dalam penelitian dosen juga menjadi poin penilaian dalam akreditasi.

Di ruang kelas, dosen perlu mendesain perkuliahan yang memungkinkan mahasiswa secara kritis menyampaikan gagasan mereka. 

Fenomena sosial kekinian, isu-isu aktual dan viral di media sosial, berita kontroversi, dan isu-isu sensitif seputar politik dan kekuasaan kiranya perlu untuk dihadirkan di ruang-ruang perkuliahan untuk membuat mereka 'geregetan' dengan bangsa dan negaranya sendiri. 

Rasa 'geregetan' ini penting untuk memicu nalar kritis mereka. Selain itu, cara ini juga sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan membaca.

Sebagai penutup, membangun bangsa ini tidak hanya sekadar membangun fisiknya, tapi juga raganya. Peran-peran penting di masa depan harus dipegang oleh orang-orang literat dan cakap. Sudah cukup kita duduk manis di buritan kapal. Sudah saatnya kita naik ke atas dan memegang nahkoda kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun