PUASA MEMBENTUK PRIBADI PENYAYANG
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menerangi Alam semesta dengan cahayanya,dan  dengan  limpahan Kasih Sayangnya semua  kosmos kehidupan bergulir sesuai dengan apa yang dia gariskan.
Semoga Sholawat dan Salam tercurah kepada baginda Nabi Agung, Nabi Akhir Zaman, Nabi Muhammad SAW, beserta Keluarga dan Para Sahabatnya yang laksana bintang bintang yang menerangi alam semesta sebagai penuntun kebenaran yang nyata
ketika hilal terlihat di atas ufuk timur setelah bulan Sya'ban , maka bulan Suci Ramadhan telah tiba maka kita sebagai umat Islam Wajib melaksanakan Ibadah Puasa sebagai mana Allah SWT telah berfirman di dalam Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 183 :
Â
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsirul Qur'anil Azhim  menjelaskan bahwa perintah puasa yang dimaksud ayat di atas bukan hanya sekedar perintah berpuasa hanya sekedar menahan diri dari makan, minum dan jimak semata. Melainkan harus didasari dengan niat karena Allah, membersihkan jiwa dan raga dari amal-amal buruk dan tercela, selain juga sebagai cara untuk mempersempit gerak setan dalam menggoda manusia.   Karena dalam ayat Allah SWT menyebutkan bahwa kewajiban berpuasa sudah ada pada umat sebelumnya, maka selayaknya umat Islam lebih bersungguh-sungguh menunaikannya dan menyempurnakannya menjadi lebih baik daripada umat sebelumnya.
Dalam kitab Sahih Bukhori Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.
Maksud Hadits diatas adalah ketika seorang hamba Allah SWT melaksanakan Puasa didasari keimanan Kepada Allah berharap atas keridhoan Allah SWT semata tanpa dicampuri niatan selain dari pada Allah SWT, maka Allah SWT akan membersihkan dosa- dosa nya dengan mendapatkan imBalan pahala surga.
Tentunya dalam melaksanakannya di iringi dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, dalam Hal Ini Imam Al Ghazali Rahimahullah nhu dalam kitabnya  Minhajut Talibin fi syarhi Sirajutalibiin menjelaskan diantara definisi Taqwa Adalah membersihkan hati dari segala dosa. Dan diantara dosa- dosa yang ada di dalam hati sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Ihya lumuddin karya Imam Al Ghazali mengenai penyakit-penyakit hati adalah dosa yang berhubungan dengan beberapa sifat buruk manusia diantaranya sifat sombong, bangga diri, iri dengki, suka memamerkan amal kepada manusia, sumh atau selalu ingin didengar dan di ikuti ucapannya oleh orang lain dan buruk sangka . semua itu adalah harus dibersihkan dari hati kita dengan berusaha keras dan sekuat mungkin agar tercermin didalam perilaku dzahir kita menjadikan akhlaq yang santun penuh dengan sifat penyayang kepada mahluk Allah SWT .
Dengan beningnya hati kita maka kita akan mampu menyibak rahasia Puasa itu sendiri dan mengetahui apa sebetulnya maksud Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk berpuasa, diantaranya tidak lain agar akan timbul rasa kepedulian sosial yakni rasa welas asih (Penyayang) terhadap sesama mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Timbulnya rasa atau dzhauq yakni merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang lapar, perih kah, susah kah, dan sedih kah, butuh kah terhadap pemberian makanan dari orang lain.
 tentunya semua itu akan bisa dijawab setelah merasakan puasa. Allah SWT dalam hal kepedulian sosial yang identik dengan rasa empati dan simpati sebagai bentuk sifat penyayang kepada sesama, Allah SWT begitu cintanya dengan perilaku demikian sampai-sampai  Allah SWT telah menyandingkan Asma Allah dengan nama " Arrahman "artinya dia yang maha Pengasih dan "Arrahiim" artinya  lagi Maha Penyayang itu semua sebagai bentuk tingginya perhatian Allah SWT .
Dalam Kitab Mukasfatul Qulub karya Imam Al Ghazali perihal tentang sifat kasih sayang beliau menuturkan : "Pada suatu hari, Rasulullah Saw berkata di hadapan para sahabat, "Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, bukankah kita semua penyayang?" Beliau menjawab, "Penyayang itu bukan orang yang menyayangi dirinya saja, melainkan orang yang menyayangi dirinya dan orang lain."
Makna kasih sayang kepada dirinya adalah khawatir akan turunnya adzab Allah Swt dengan cara meninggalkan kemaksiatan dan bertobat darinya serta mengerjakan ketaatan-ketaatan dan mengikhlaskannya. Adapun makna menyayangi orang lain adalah tidak berusaha menyakiti kaum Muslim. Rasulullah Saw bersabda, "Seseorang dikatakan Muslim apabila orang lain terhindar dari gangguan tangan dan lidahnya."Hendaklah juga menyayangi binatang.