Mohon tunggu...
Sigit kartono
Sigit kartono Mohon Tunggu... Freelancer - Content creator / ketua bidang seni budaya dpi yayasan Pesanku

Hobi olahraga, menulis dan suka mengamati seni budaya tradisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran Energi Warga Adat Bonokeling

10 Februari 2024   21:26 Diperbarui: 13 Juni 2024   14:28 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran Energi Warga Adat Bonokeling.


Masyarakat adat Bonokeling Banyumas yang juga disebut warga penghayat, yang berada di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang , Kabupaten Banyumas , dimana masyarakatnya memegang teguh ajaran - ajaran leluhur dari leluhurnya Kyai Bonokeling. Kyai Bonokeling yang diyakini hidup disekitar abad ke 7 -8 Masehi .


Kesadaran energi dari masyarakat adat Bonokeling  merupakan konsep yang mendalam dan penting dalam budaya mereka. Masyarakat adat Bonokeling memiliki pemahaman yang dalam mengenai energi, baik energi alam yang terhubung dengan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan sekitar, ataupun energi yang disadari oleh diri warga adat Bonokeling sebagai  dirinya, yang  mahluk energi.


Pengamatan dan pengalaman turun-temurun telah membentuk kesadaran energi ini. Masyarakat adat Bonokeling  percaya bahwa segala hal di alam semesta ini memiliki energi yang saling terkait, dan bahwa tindakan dan pemikiran manusia dapat mempengaruhi aliran energi ini. Mereka juga meyakini bahwa menjaga keseimbangan energi di alam semesta adalah kunci untuk keharmonisan dan keberlanjutan kehidupan.


Kesadaran sebagai mahluk energi tidak lepas dari ajaran leluhur yaitu Kyai Bonokeling, seorang yang dulu mengajarkan kepada anak turunnya tentang spiritual. Beliau mengajarkan tentang bagaimana kehidupan berawal dan bagaimana kehidupan berakhir.


Dalam konsep spritual warga adat Bonokeling meyakini tentang penyaksian terhadap Tuhan, yang dalam konteks islam adalah sahadat, cuma agak sedikit berbeda dengan Islam pada umumnya yang meyakini akan rukun Islam, yang dengan urutan , sahadat ,sholat ,puasa ,zakat ,haji. Itu berbeda dengan konsep agama atau spiritual yang ada di warga adat Bonokeling. Yang mereka yakini adalah sahadat , puasa dan zakat, yang dalam kalangan tertentu meyebutnya sebagai Islam 3 ,karena hanya melaksanakan 3 ritual rukun Islam saja. Yang sebenrnya itu hanya  berbeda cara pandangnya  saja atas rukun islam yang lima itu secara  ritual . Ada keyakinan dan ekspresi sholat dan haji dari masyarakat adat Bonokeling yg berbeda  dengan yang ada pada umumnya.


Sahadat bagi warga adat Bonokeling adalah sebuah penyaksian akan Tuhan yang ada didalam dirinya, awaludin makrifatullah . Untuk sampai pada pengenalan Tuhan , ada beberapa metodologi yang diajarkan, yaitu tahapan mengenal dirinya yang fisik , mengenal dirinya sebagai unsur (tanah ,api ,air dan angin ) yang kemudian mengenal Tuhannya.


Dalam pembelajarannya seorang suci akan memberikan pesan atau nasehat yang biasa disebut Pengandikan atau Nasehat, uniknya pengandikan atau nasehat  ini hanya berlaku untuk seseorang yang dinasehati jadi bersifat Private sekali. Orang  yg mendapat pengandikan, tidak boleh mencatat isi dari pengandikan tersebut melainkan dihafal dimengerti dan dilaksanakan, maka tidak ada manuskrip satu pun yang ada tentang ajaran pengandikan. Itu sengaja tidak dicatat karena jika tercatat nanti terbaca oleh orang lain, menghindari kalau orang lain mempraktekan pengandikan itu ,sedang itu tidak diperuntukannya. Orang suci memberikan pengandikan selalu melihat kondisi baik jasmani ataupun rohani, orang yang diberi pengandikan atau nasehat.


Sholat bagi warga adat Bonokeling adalah tahapan ketika seseorang sudah jelas mengenal dan menyaksikan Tuhannya. Sholat yang dilakukan pun berbeda dengan sholat yang biasa dilakukan orang islam pada umumnya,  gerakan takbir ,ruku ,sujud tahiyat dan salam , mereka bukan pada gerakan tapi lebih pada esensi dari setiap gerakan. Sholat bagi warga adat bonokeling adalah ekspresi yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari dengan berlaku baik kepada sesama mahluk dan semesta. Takbir mereka adalah keyakinan atas semua gerak gerik dalam kehidupannya, selalu dilihat Tuhan  dan bersama Tuhan, sehingga muncul kehati hatian dalam bertingkah laku.
Ruku mereka adalah sebuah kesadaran bahwa yang suci adalah Tuhan , sehingga rasa hina ,bodoh pun terpatri pada dirinya, itu diekspresikan dalam kehidupannya dengan berlaku tidak sombong dan congkak. Sujud mereka adalah restu dan ridho dengan apa yang Tuhan berikan dalam  kehidupan, baik  itu senang ,susah,sedih ,bahagia, mereka jalani dengan Ikhlas tanpa penghakiman. Tahiyat mereka adalah  kesadaran akan Rosul yang ada didalam dirinya yang akan menuntun mereka kembali kepada Tuhan.


Sholat warga ada Bonokeling bukan dengan menjalankan Ritual sholat namun menjalani kehidupan sehari hari dengan kesadaran Tuhan. Tak heran jika di wilayah warga adat tidak ada masjid 1 pun.


Haji, masyarakat adat Bonokeling meyakini bahwa kabah ada didalam dirinya yaitu Hati, simbol tawaf dalam ritual haji ,mengelilingi kabah ,bagi warga adat itu adalah proses menjaga hati dari berbagai  penyakit hati, mengelilingi kabah adalah menjaga hati. Keyakinan akan Kabah yang ada didalam dirinya menjadikan warga adat tidak melakukan haji ke arab saudi.


Warga adat Bonokeling sering sekali mengadakan selamatan apapun peristiwanya, baik kesedihan atau pun kebahagian selalu ada ritual selamatan atau syukuran. Itu menunjukan bahwa warga adat selalu bersyukur dengan apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Tak heran jika banyak agenda event selamatan setiap minggu ,bulan dan Tahun.


Dalam prosesi selamatan yang diadakan di Makam leluhurnya yaitu Kyai Bonokeling, dimana setiap warga berduyun - duyun untuk melakukan sowanan ke makam yang dianggap keramat itu. Para warga mengenakan baju adat berjalan rapih antri untuk menuju makam Kyai Bonokeling. Mereka bukan untuk menyembah, mereka datang untuk penghormatan Kyai Bonokeling sebagai sosok leluhur yang berjasa dan mereka datang untuk menyerap energi kyai Bonokeling sebagai mahluk energi yang selalu bisa diakses energinya oleh para putra wayah atau keturunan ataupun masyarakat lain yang berada disitu.


Dalam spiritual warga adat bonokeling ada kesadaran sebagai mahluk energi, mahluk cahaya, kesadaran bahwa setiap mahluk terhubung satu sama lain dan bersatu karena didalam setiap mahluk ada percikan cahaya Tuhan didalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun