Mohon tunggu...
Sigit Pamungkas
Sigit Pamungkas Mohon Tunggu... swasta -

Tergabung dalam buku Antologi puisi 1. akar hati semesta 2. menatap semesta cinta 3. pesanggrahan hati 4. menatap semesta asa 5. bianglala

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sabtu Bersamamu

24 Agustus 2017   11:02 Diperbarui: 24 Agustus 2017   11:12 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teduh, menenangkan

"Apa yang akan kau kenang sekiranya takdir tak lagi mengantar kita dalam kebersamaan? Saling melupakan atau kah saling mengingat?" tanyamu

"Entahlah. Aku tak tahu seperti apa warna hariku tanpa mu," kataku pelan

Di selatan langit perlahan berwarna pekat

Barangkali hujan telah siap mengantarkan basah dan irama kesunyian

Dua sup hangat telah kita habiskan

Hanya tertinggal dua mangkok kosong yang diam

"Semoga bukan kepedihan yang kita catatkan," katamu pelan

"Aku akan mengekalkanmu dalam segala hal yang pernah. Kita yang pernah bersama, dan segala mu yang pernah tinggal di ingatanku."

Gerimis telah turun

Kita menyudahi percakapan hari itu dengan saling menggenggam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun