Mohon tunggu...
Gitan D
Gitan D Mohon Tunggu... -

menulis untuk mengingat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Bisa Menang

8 Juni 2014   22:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Watak kebanyakan masyarakat Indonesia pada dasarnya mudah terkesan dengan tampilan fisik seseorang. Orang, termasuk pemimpin yang kelihatannya santun, gagah, serta mempunyai rasa hormat pada rekan dan yang lebih tua, ditambah seolah-olah didholimi, maka akan menuai simpati masyarakat.

Pengalaman pada Pilpres 2004 membuktikan fakta tersebut. SBY yang sebenarnya tidak punya bekal yang mumpuni untuk layak menjadi presiden karena hanya pernah menjadi menkopolhukam, akhirnya terpilih sebagai presiden, bahkan bablas 2 periode. Sebagian besar masyarakat kita terbuai dengan kegagahan, kesantunan SBY, apalagi SBY terkesan didholimi Megawati dan Taufik Kiemas.

Dalam pakteknya, sifat peragu dan kurang tegas SBY yang melekat dibenak sebagian besar masyarakat Indonesia,  akhirnya menjadikan 10 tahun pemerintahan SBY dikatakan sebagai pemerintahan auto-pilot. Tidak kita pungkiri pasti ada hal "positif" dari SBY, seperti banyaknya penghargaan negara lain pada SBY, meskipun kita sebagai rakyat tidak merasakan manfaat dari banyaknya penghargaan dari negara asing kepada SBY tersebut.

Saya kemudian teringat pada momen dimana Pasangan capres-cawapres diketemukan. Pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla bertemu saat pengambilan nomor urut capres-cawwapres dan kampanye damai yang diadakan KPU.

Pada kedua momen tersebut, terlihat Prabowo mampu memanfaatkan situasi dengan baik. Prabowo yang selama ini dikesankan mudah emosi dan suka memukul serta melemparkan benda jika marah, seperti isu lempar HP saat PPP menarik dukungan pada pilpres 2009, ternyata dapat tampil berbeda. Prabowo yang saat pengambilan nomor urut datang belakangan setelah kubu Jokowi, langsung memberi hormat dan menyalami kubu rival. Bahkan, Megawati yang tidak berdiri saat disalami Prabowo pun menjadi berita heboh.

Pada saat pidato, Prabowo mampu tampil apik, misalnya dengan menyebut nama Jokowi-Kalla, sesuatu hal yang tidak dilakukan Jokowi. Prabowo dalam pidatonya juga menyatakan siap kalah, juga hal yang tidak diucapkan Jokowi. Prabowo juga tampak lebih santai dibandingkan Jokowi yang terkesan tegang selama acara deklarasi kampanye damai. Dalam beberapa kesempatan, Prabowo juga mencoba menunjukkan kesantunannya dengan menghimbau para pendukungnya untuk berkampanye secara santun dan tidak menjelekkan kubu lawan.

Menilik pengalaman SBY, rakyat lebih terkesan dengan gaya dan sikap seorang capres daripada program kerja maupun track record-nya. Prabowo mungkin belajar dari SBY, maka dia memanfaatkan betul momen tersebut sehingga dia tampil kebalikan dengan stigma yang selama ini dialamatkan padanya. Berbagai media pun gencar memberitakan kejadian tersebut, lebih-lebih media dari kubu Prabowo seperti TV One, dan MNC group.

Maka hati-hati saja Jokowi. Jika selama ini, Jokowi masih merajai survei, bisa saja ditelikung di lap terakhir oleh Prabowo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun