Generasi baru saat ini cenderung kurang minat terhadap aksi - aksi politik yang tak logis. Terlebih pemerintahan di era Jokowi periode pertama banyak menolong kelompok marginal secara ekonomi lewat program jaring pengamana sosial terpadu, juga penambahan asset infrastruktur nasional merata di berbagai wilayah Indonesia. Fakta ini mendorong optimisme generasi muda Indonesia untuk menatap masa depan Indonesia lebih baik.
Seyogya para "koboi tua" tersebut lebih instropeksi, benar mereka telah berjuang untuk demokrasi Indonesia, tapi jangan menciderai hasil perjuangan tersebut dengan asumsi - asumsi tak logis dan melawan hukum. Bukankah Orde Reformasi saat ini memberikan saluran hukum terbuka untuk semua elemen masyarakat, dimana suatu kemewahan di era Orde Baru.
Saya teringat  ketika Megawati dipersekusi oleh rezim Orde Baru pada kasus Kudatuli, puteri Proklamator ini tak menyerukan demonstrasi memprotes Soeharto. Megawati menyerukan kadernya di seluruh Indonesia mengambil langkah - langkah hukum lewat pengadilan. Hasilnya memang mengecewakan, banyak tuntutan mereka kalah di pengadilan namun manuver ini patut dikenang sebagai pelajaran berharga bangsa ini.Â
Saya yakin kengototan Amien Rais untuk menggerakan massa protes kecurangan Pemilu 2019 sebuah ekspresi kekecewaan menahun, dimana dia tak pernah bisa meraih kursi RI 1 sejak Reformasi bergulir. Amien Rais pernah mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 2004 berpasangan dengna  Siswono Yudohusodo, politisi Golkar. Pada putaran pertama,  Amien tersingkir, pemenang saat itu SBY - Kalla.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H