Menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia (IMF-WB Annual Meetings 2018) di Bali pada 12-14 Oktober 2018, media massa dan online banyak menyorot kegiatan tersebut. Apa sebenarnya pentingnya pertemuan tersebut dibandingkan pertemuan internasionalnya yang pernah terselenggara di Bali?
Tak banyak masyarakat awam termasuk saya memahami pentingnya acara tersebut, pikiran saya baru terbuka ketika Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro memaparkan dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (17/9) di Mezanin, komplek perkantoran Kementerian Keuangan, Jakarta.
Sebenarnya ada pembicara lain dalam acara tersebut, yaitu Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara, serta Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol.
Mengapa saya tertarik dengan penjelasan Menteri Bappenas, sederhana saja, saya tak memahami dengan baik persoalan ekonomi internasional dan agendanya yang menjadi pembahasan event tersebut. Justru saya menyimak dampak event tersebut bagi masyarakat Bali pada khusus dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Menteri Bappenas diawal paparannya menguraikan dasar kajian lembaganya, menurut Bambang Soemantri ada dua dampaknya yaitu dampak yang kelihatan dan tak kelihatan.Â
- Efek Jejaring, antara lain kerja sama antar perusahaan dan pemasaran tujuan wisata
- Efek Kompetensi, adanya peningkatan kualitas layanan kota sebagai tuan rumah
- Efek Struktur, yaitu peningkatan fasilitas dan kualitas infrastruktur pendukung.
- Efek Image, penyebutan lokasi kegiatan oleh media-media internasional.
Ternyata tidak main-main dampak dari penyelenggaraan acara IMF-Bank Dunia ini bagi Bali dan Indonesia pada umumnya, namun apa artinya bila tak memberikan manfaat secara ekonomis bagi masyarakat lokal.Â
Belum selesai pikiran saya menanyakan itu, Bambang Soemantri telah melanjutkan pemaparan tentang efek kasat mata (tangible effect) event ini. Menurut Bambang, efek nyata event ini adalah:
- Keuntungan total dari kunjungan dan penyelenggaraan, terutama kepada pelaku ekonomi lokal
- Dampak ekonomi langsung kunjungan, yaitu pengeluaran peserta event, perusahaan mitra, media, dll
- Dampak ekonomi langsung dari penyelenggaraan, antara lain pendapatan dari penyelenggaraan (biaya registrasi), subsidi, dan pajak.
Bila melihat pemaparan dari Menteri Bappenas, event ini sangat penting bagi Indonesia, terutama multi layer effect-nya, tak hanya itu sebenarnya, penunjukan dan kepercayaan kepada Indonesia sebagai tuan rumah event internasional membanggakan sekaligus kegiatan Public Relations bagi kita ke dunia internasional.
Proyeksi Bisnis IMF - WB 2018
Pulau Bali pernah menjadi tuan rumah kegiatan APEC pada tahun 2013, grafik pertumbuhan ekonomi lokal setahun sebelumnya naik karena didongkrak pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ini. Bukan rahasia lagi, setiap kegiatan yang menyangkut infrastruktur fisik menyerap dana dan tenaga kerja besar.
Menurut catatan Bappenas, pada tahun 2012 di Bali ketika persiapan fisik pertumbuhan ekonomi lokal mencapai 7 persen.Produk Domestik Regional Bruto (jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah) di sektor konstruksi, makanan dan minuman serta akomodasi mengalami lonjak permintaan.
Pada pertemuan ini, diperkirakan 19.800 orang dari 189 negara akan hadir yang terdiri atas 5.050 orang delegasi dan 14.750 orang non-delegasi (investor, NGO, media dan akademisi). Rata-rata lama tinggal diperkirakan adalah 9 hari (2 hari sebelum main+side event, saat main+side event berlangsung, serta dan 1 hari setelah main event).
Sebagaimana dipaparkan di atas, dampak langsung bagi ekonomi Bali, menurut paparan Menteri PPN/Bappenas berasal dari investasi infrastruktur yang dibangun menjelang event ini. Tercatat sebesar 5,9 trilyun rupiah yang berasal dari infrastruktur fisik dan belanja pengunjung lokal dan manca negara.
Adapun rinciannya sebagai berikut: 3 trilyun untuk pembangunan fisik pelabuhan Benoa, pembangunan Underpass Ngurah Rai, pembangunan kawasan Garuda Wisnu Kencana, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita Suwung.
Begitu banyaknya dampak langsung event pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini, semoga juga makin meningkat kepercayaan investor luar negeri kepada Indonesia, dan memperlihatkan metamorfosa Indonesia dari negara berpendapatan menengah bawah menuju menengah atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H