Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Genderang Perang BPJS Lawan Penyakit Katastropik

2 Agustus 2018   08:47 Diperbarui: 2 Agustus 2018   09:18 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi rahasia umum  mengobati lebih mahal daripada mencegah penyakit, menyadari fakta ini BPJS mengajak peserta jaminan asuransi sosial ini lebih giat berolahraga. 

Di lapangan Monumen Nasional ( Monas), ribuan peserta JKN -KIS dari Jakarta dan sekitarnya berduyun - duyun memadati lapangan Monas untuk mengikuti "senam kolosal" yang diinisiasi oleh BPJS ini. 

Ribuan pesertaJKN - KIS mengenakan  kaos putih dengan logo BPJS dan Asian Games 2018 pada sisi depan dan di belakang bertulis "gotong - royong". Apa makna kata itu ? Secara literal berarti  bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu).

Prinsip  Gotong Royong  sangat "pas" dengan hakekat program JKN - KIS, dimana sesama peserta KIS sesungguhnya membantu pembiayaan pengobatan dan perawatan peserta lain lewat iuran yang dibayarkan setiap bulannya. 

Lalu apa kaitannya dengan angka 18.8.18 pada title acara di Monas hari minggu (29/07/2018) itu ? Angka tersebut mengacu pada pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang akan dimulai tanggal 18 Agustus 2018 sampai 2 September 2018. 

Event olah raga bangsa - bangsa se-Asia ini dimana Indonesia sebagai tuan rumah (host) sesuai dengan misi BPJS untuk mensejahterakan rakyat lewat kesehatan.

Direktur Utama BPJS, Fahmi Idris pada kesempatan itu mengatakan kegiatan ini untuk mempromosikan pola hidup sehat lewat senam rutin setiap pagi dan meningkatkan kebugaran dan imun badan. Nah lho... sederhana sekali sebenarnya untuk menjaga kesehatan tubuh dan menjauhkan dari penyakit akibat pola hidup tidak sehat.

Sayang banyak orang belum melakukannya, barangkali sudah tahu tapi tidak melakukan secara konsisten. Sebagai contoh, kebiasaan merokok adalah pola hidup tidak sehat, semua orang sudah tahu tetapi jumlah perokok tetap stabil dan cenderung naik. Padahal resiko kesehatan untuk kebiasaan ini fatal, yakni serangan jantung  yang bisa membuat penderitanya  langsung meninggal.

BPJS tidak bisa sendiri untuk memasyarakatkan pola hidup sehat,  perlu dukungan segenap stake holder, fasilitas kesehatan, duta kesehatan dan segenap lapisan masyarakat.

Suasana Senam Kolosal 18.8.18 BPJS
Suasana Senam Kolosal 18.8.18 BPJS
"Sudah saatnya kita menjadi pionir perilaku hidup yang lebih sehat bagi masyarakat luas. Tentunya dalam menjalankan tugas mulia ini, BPJS Kesehatan tidak mungkin berjalan sendiri. 

Kami membutuhkan dukungan dari para stakeholder dan seluruh rakyat Indonesia guna menyukseskan Program JKN-KIS. Oleh karena itu, pada hari ini kami turut mengajak seluruh stakeholder BPJS Kesehatan untuk dapat meresapi makna dan semangat budaya hidup sehat dan gotong-royong besar, utamanya dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan Program JKN-KIS, " papar Fachmi Idris, Dirut BPJS  pada kegiatan Sarasehan BPJS tahun 2017 lalu.

Berkait dengan kegiatan Senam Sehat Kolosal 18.8.18 Peserta JKN-KIS se-Indonesia pada hari Minggu kemarin, Fahmi Idris kembali mengingatkan masyarakat untuk berperilaku sehat sehari - hari , sehingga peserta JKN-KIS yang sakit bisa menurun, dampaknya pembiayaan pelayanan kesehatan dapat dialokasikan  ke program promotif preventif. Tak hanya di lapangan Monas Jakarta, kegiatan serupa juga serentak diselenggarakan di seluruh Kantor Cabang BPJS se-Indonesia.

Menurut catatan BPJS, tahun 2017 dana untuk pembiayaan penyakit katastropik mencapai Rp. 18,4 trilyun dari total biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh BPJS. Wow... bukan angka main - main, seharus dana itu bisa dialokasikan untuk kegiatan lain daripada untuk membiayai pengobatan. Namun untuk mengajak masyarakat hidup sehat perlu waktu dan kesabaran sehingga menimbulkan kesadaran sendiri. Apa itu penyakit katastropik ? 

Menurut Kemenkes artinya  penyakit yang high cost, high volume, dan high risk yang menyebabkan banyak para penentu kebijakan mengkhawatirkan terjadinya pembengkakan biaya penyakit sehingga penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak mencantumkan penyakit tersebut ke dalam paket manfaatnya. Contoh penyakit katastropik di antaranya adalah penyakit jantung dan kardiovaskular, stroke, kanker, gagal ginjal, dan hipertensi.  Kemenkes tahun 2017 lalu  mencatat  jumlah pengidap penyakit hipertensi saja sudah lebih dari seperempat penduduk Indonesia, tepatnya 25,8 persen.

Situs Tirto (27/02/2018) merilis pembiayaan penyakit katastropik ini memang dibantu oleh pemerintah. Sejak diluncurkan pada Awal Januari 2014, cakupan kepesertaan Bukan Penerima Upah (peserta mandiri) terus bertambah. Sampai dengan 30 September jumlah peserta mandiri tercatat 5,958,000 melonjak tajam dari Januari yang hanya berjumlah 236,627, ini yang membuat beban anggaran kesehatan membengkak.

Bila beberapa tahun lalu jenis penyakit ini menimpa kelompok umur tua, gawatnya saat ini sudah menimpa kelompok umur muda, tak heran BPJS sejak tahun lalu mengumandangkan perang melawan penyakit ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun