Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kemiskinan, Dulu dan Hari Ini

1 Agustus 2018   00:07 Diperbarui: 1 Agustus 2018   00:13 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah tersebut setara dengan jumlah 3  provinsi di Pulau Sumatera, Sumatera Utara (14,510,668), Sumatera Barat (5,366,763), dan Aceh  (5,046,182) bila digabung jumlahnya kurang lebih 25 juta orang. Bagaimana pemerintah mengelola program pengentasan kemiskinan ?

Pada era pemerintah SBY dikenal dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT), pemerintah Joko Widodo pun juga memiliki program serupa yakni Program Keluarga Harapan (PKH), dan untuk pembiayaan pendidikan keluarga miskin atau kurang mampu diluncurkan Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan penyempurnaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) lewat Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan program pemberdayaan lainnya. 

Menurut Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "Fakta Penurunan Angka Kemiskinan", adalah :

Pertama, substansi kebijakan dan program pemerintah yang didasarkan pada cita-cita kemerdekaan, amanat konstitusi, dan visi-misi Nawacita Pemerintah.

Kedua, ada sinergitas pemerintah dan lembaga-lembaga negara, antarkementerian dan antarlembaga pemerintah (BULOG, HIMBARA, TVRI, dan sebagainya).

Ketiga,  pola kepemimpinan Presiden Jokowi yang langsung turun ke lapangan memastikan bahwa seluruh kebijakan dan program pembangunan nasional berjalan secara baik dan efektif.  

Lepas dari itu, kabar penurunan angka kemiskinan menjadi satu digit perlu disambut gembira meski pemerintah harus berupaya keras mengentaskan 25 juta orang yang masuk kategori miskin, bukan angka sedikit. Selain itu, mempertahankan kelompok miskin yang naik kelas agar tidak jatuh lagi juga tak kalah penting, menurut Bambang Brojonegoro di forum sama mereka inilah yang disebut "rentan miskin", bisa karena pengaruh dari luar atau dari diri mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun