Perhelatan Asian Games 2018 kurang bermakna bila capaian medali emas atlit - atlit  cabang olah raga (cabor) kita tidak naik. Setidaknya target prestasi dari Kementerian Olah Raga (Kemenpora) masuk 10 besar tercapai, mengingat sebagai tuan rumah.  Indonesia pertama kali sebagai penyelenggara  Asian Games keempat tahun 1962, Setelah 56 tahun kemudian kembali dipercaya sebagai tuan rumah kedua event olah raga se-Asia ke-18 ini.
Pertama kali Asian Games diselenggarakan di New Dehli India, Indonesia masuk 10 besar dengan peringkat ke-7. Puncaknya saat menjadi tuan rumah, Indonesia menyabet posisi ke-2, setelah itu peringkat kita di event olah raga se-Asia masih masuk sepuluh besar. Sejak tahun Asian Games ke-12 di Hiroshima Jepang tahun 1994, Indonesia terlempar ke peringkat 11, padahal sebelumnya di event yang sama saat berlangsung di Beijing tahun 1990 masih menduduki peringkat ke-7. Paling parah ketika Asian Games 2016 di Doha, Indonesia bertengger di peringkat ke-22.
Dari masa - masa raihan peringkat prestasi olah raga nasional di Asian Games cenderung menurun, apalagi sejak kebangkitan olah raga di sejumlah negara - negara di kawasan Asia antara lain Korea Selatan, Korea Utara, Thailand, dan beberapa negara eks Soviet persaingan menjadi sangat tajam. Mengapa Indonesia bisa mencapai posisi ke-2 pada tahun 1962 ? Saat itu secara kondisi sosial, ekonomi dan  politik negara - negara Asia belum stabil, masing - masing negara masih fokus pada dengan urusan internal masing - masing, bisa jadi, olah raga belum dikelola secara serius.
Menengok kembali Asian Games ke-4 di Jakarta tahun 1992, torehan prestasi saat itu bisa jadi sangat sulit diraih kembali Indonesia dalam waktu dekat ini, saat itu kontingen Indonesia meraih 77 medali, terdiri atas 21 medali emas, 26 medali perak dan 30 medali perunggu. Sebuah prestasi spektakuler, perlu kerja keras dan sangat - sangat serius untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di Asian Games ke-4 di Jakarta.
Selain prestasi tertinggi dalam sejarah keikutsertaan Indonesia, Asian Games 1962 di Jakarta juga mewariskan sejumlah infrastruktur fisik yang dibangun untuk penyelenggaraan masa itu. Tercatat adalah Gelora Senayan, kini bernama Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Indonesia yang dikini dikelola oleh jaringan hotel internasional, Bundaran Jalan Semanggi, bahkan Stasiun TV Nasional (TVRI) juga terbangun untuk kepentingan event olah raga se- Asia itu.
Tambang Medali Emas Asian Games Indonesia
Pada tahun 1962, pesta olah raga ini hanya diikuti oleh 12 negara dari kawasan benua Asia, dari waktu ke waktu makin banyak, tercatat di Asian Games Jakarta 2018 ada 45 negara akan mengirimkan kontingennya ke Indonesia. Tentu bukan persaingan mudah bagi - bagi atlit Indonesia, Cina, Korea, Jepang adalah saingan berat kita selain negara - negara bekas Uni Soviet. Prestasi Cina tak perlu diragukan, di level dunia pun menduduki 3 besar dalam event olah raga akbar sedunia, Oliampiade, sama halnya dengan Jepang.
Mengembalikan romantika sungguh terasa berat, alih - alih masuk 3 besar, masuk 10 besar pun Indonesia harus berjuang ekstra keras. Meski kita mempunyai cabor lumbung emas seperti cabor Bulu Tangkis, namun tidak akan banyak mengangkat rangking kita mengingat ada 40 cabor yang dipertandingkan di Asian Games kali ini. Lalu bagaimana pemerintah dan stakeholder olah raga mendorong kontingen Indonesia lebih tinggi ?
Ada catatan menarik untuk Asian Games di Jakarta ini, cabor Pencak Silat secara resmi masuk ke dalam olah raga yang dipertandingkan, tentu kabar gembira bagi kontingen Indonesia. Pencak silat lahir di kawasan bangsa serumpun Melayu, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, pada level SEA Games telah dipertandingkan. Pada SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, kontingen Pencak Silat Indonesia menyabet 3 medali emas di kelompok seni beregu putra. Setidaknya cabor ini memberikan harapan bagi tuan rumah untuk mendulang emas, mengingat medali yang diperebutkan ada 16 medali emas.
Pengamat Olahraga Eko Suprihatno dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "Kesiapan Atlet Jelang Asian Games 2018, Kamis (12/7/2018) mengatakan pencak silat adalah cabang yang atletnya paling sangat potensial meraih emas. Bahkan, sambung dia, bukan tidak mungkin, pencak silat menjadi tambang bagi emas bagi capaian Indonesia dalam Asian Games 2018.
"Dari 17 nomor paling tidak sebanyak 50% sudah jadi milik kita. Hal itu, karena ada beberapa keuntungnan, yakni tim pencak silat sebagai tuan rumah nanti akan bertanding di TMII. Sehingga, penguasaan medan tentu akan lebih baik dibandingkan tim negara lain," katanya.