Sejak Indonesia jatuh dalam kebangkrutan ekonomi  di tahun 1998 dan menandatangani bantuan keuangan dari IMF , salah satu syarat yang harus dipenuhi Indonesia adalah memangkas monopoli negara di semua sektor termasuk sektor pangan.Â
Dampak dari kebijakan tersebut, beberapa  industri strategis nasional tak lagi mendapat hak istimewa pembiayaan dari negara termasuk BULOG yang pernah perkasa di era Orde Baru.  Untuk pangan, negara masih tidak  100 persen menyerahkan pengadaan beras kepada mekanisme pasar, lewat PSO BULOG negara masih hadir untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Terobosan Ritel Bulog
BULOG meski sudah berstatus hukum BUMN tapi tidak leluasa seratus persen bertindak seperti entitas bisnis umumnya, perannya sebagai stabilitator harga komoditas pangan, mau tidak mau membebani cash flow. Â
Bagaimana BULOG bersiasat ? Direktur Komersial BULOG, Tri Wahyudi Saleh dalam acara KITANgopiwriting bersama Kompasianer memaparkan pengembangan bisnis BULOG di sektor ritel pangan. Salah satu yang menarik adalah pengembang Rumah Pangan Kita (RPK) , agen ritel pangan produk BULOG dengan merek "KITA" secara langsung ke pasar.
Barang -- barang pesanan diantar langsung ke alamat RPK, tak hanya itu, BULOG pun sedang mengembangkan aplikasi mobile yang berfungsi seperti Customer Relationship Management untuk berkomunikasi dua arah dengan pemilik RPK. Divisi komersial juga menawarkan aneka paket pangan untuk berbagai keperluan, seperti bantuan sosial, serah -- serahan pengantin, zakat pangan. Â Â
RPK menjadi terobosan bagus untuk memastikan produk sampai kepada masyarakat tanpa jalur distribusi yang panjang sehingga harga lebih kompetitif, dan tak boleh dilupakan BULOG menjamin semua produk berkualifikasi "sehat". RPK juga dilibatkan dalam program bantuan pangan  non -- tunai dari pemerintah  untuk pemegang  Kartu Indonesia Sehat (KIS), jumlah RPK sendiri menurut informasi dari situs bulog.co.id sebanyak 10 ribu dan akan ditingkatkan sebanyak 50 ribu di seluruh Indonesia.
Saat ini Divisi Komersial juga melakukan perdagangan komoditi pangan strategis seperti Kedelai, Jagung, Gula, Bawang Merah, Cabai Merah, Daging, Minyak Goreng, dll. Selain juga mengelola beberapa unit bisnis dan anak perusahaan. Langkah diversifikasi usaha Perum Bulog bagus selama tidak kehilangan fokus pada bisnis utamanya di bidang pangan terutama beras dan tugas sosialnya sebagai stabilitator harga kebutuhan pokok beras.
Menurut Tri Wahyudi, Direktur Komersil Perum BULOG , pihaknya tidak menggantung pembiayaan dari pemerintah dalam menjalan aktifitas bisnis dan pengadaan stok beras nasional namun menggunakan kredit bank nasional dalam pembiayaannya. Artinya BULOG pun siap untung bila tren harga komoditas bagus dan merugi bila trennya "jeblok".
Tak banyak diketahui bahwa saat ini BULOG telah memperkuat sarana dan prasana perusahaan agar menunjang kinerja dan menjawab tantangan ke depan lewat pembangunan infrastruktur perusahaan. Dalam pemaparan Bulog awal tahun ini telah mengumumkan kepada publik rencana tersebut seperti dirilis mediaindonesia.com (17/01/2018).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!