Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pemilih Muda adalah Kunci Sukses Pemilu 2019, Mengapa?

3 April 2018   19:48 Diperbarui: 4 April 2018   08:28 10151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Pemilih Muda (sumber : kompas,com)

Tak bisa dipungkiri, suara kaum muda akan mempengaruhi partai politik mana pun tanpa terkecuali. Dari deretan partai peserta Pemilu 2019 ada satu partai yang mendeklarasikan sebagai partai "millenial", namun sejauh ini masih perlu pembuktian apakah partai tersebut akan menjadi saluran mayoritas pemilih muda.

Sudah saatnya stakeholder Pemilu memaksimalkan calon pemilih muda pada Pilpres 2019 untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dibandingkan sebelumnya. Pelibatan calon pemilih muda untuk meningkatkan mewujudkan "Pemilu Jujur dan Adil" lewat pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

  • Kuantitatif
    Pada proses ini mendorong lebih banyak calon pemilih muda berpartisipasi dalam pemungutan suara, mengingat jumlah calon pemilih muda mencapai 100 juta pemilih. Kini partai -- partai politik berupaya keras berebut simpati dan mempengaruhi preferensi politik mereka dengan berbagai cara. Tak dipungkiri, pandangan umum bahwa dunia "politik itu kotor" memengaruhi preferensi politik mereka sehingga muncul sikap apatis terhadap Pemilu.  
    Pada sisi lain, calon pemilih muda ini bisa dikategorikan massa mengambang (floating mass), di mana mereka tidak memiliki keterikatan atau berorientasi pada ideologi atau platform partai tertentu. Pemilu Jujur dan Adil akan tercederai bila jumlah "golongan putih" dari calon pemilih muda tinggi, meski hasil pemilu sah namun akan menurunkan indeks demokrasi kita. Bagaimanapun juga Pemilu Jujur dan Adil harus didukung oleh partisipasi tinggi dari calon pemilih.

  • Kualitatif
    Selain partisipasi dalam pemungutan suara, faktor lain adalah pengawasan terhadap proses pemilu itu sendiri. Meningkatnya jumlah calon pemilih muda dan pemilih pemula pada Pemilu 2019, mau tidak mau mereka harus dilibatkan dalam pengawasan Pemilu secara aktif.
    Kenapa harus aktif?  Keterlibatan kaum muda dalam proses pemilu adalah sebuah pembelajaran demokrasi, di mana kaum muda nantinya adalah calon-calon pemimpin dan pemegang tampuk kepemimpinan nasional. Mentalitas mengedepankan kejujuran dan keadilan seyogianya menjadi kredo dalam berpolitik.

Inseminasi Nilai Pemilih Pemula

Situs Berita Tirto.id menurunkan laporan menarik tentang Gen-Z di Indonesia dengan mengkaitkan masuknya teknologi internet ke Indonesia pada tahun 1994. Diasumsikan generasi lahir di awal tahun 1990 dan mengenal internet pertama kali saat menduduki bangku SD, meski saat itu pengguna internet masih terbatas di perusahaan besar, kantor pemerintahan, dan kalangan menengah atas. 

Berpijak dari sini tergambar karakter Generasi Z, orientasi, sikap dan preferensi mereka berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka terbiasa mencari informasi dari menggunakan gadgetatau smartphone, termasuk soal belanja, sikap politik pun sedikit banyak terpengaruh oleh media sosial (medsos)

Biasa manusia untuk pertama kali mengalami ketakutan atau keraguan memasuki sebuah proses apapun, tak bedanya dengan pemilih pemula. Mengikuti Pemilu pada bulan April 2019 adalah untuk pertama kali mereka mengikuti kegiatan politik nyata/riil. Hampir dapat dipastikan orientasi politik mereka masih dipengaruhi oleh media sosial atau lingkungan pertemanan dan keluarga, belum atas inisiatif sendiri.

Pada tahap ini inseminasi nilai-nilai dasar Pemilu "Jujur dan Adil" sangat tepat, pemahaman bahwa kontestasi politik ini bertujuan untuk menghasilkan pemimpin terbaik lewat proses yang baik pula. 

Menekankan proses menjadi pijakan penting untuk pemilih pemula, membentuk karakter mental dan moralitas mereka untuk menjunjung proses kontestasi politik jujur, bersih, transparan dan adil menjadi modalitas mereka nanti. Setidaknya lewat penanaman nilai-nilai, penyelenggara pemilu membentuk kader-kader agar mereka bisa menularkan di masa depan.

Penyemaian nilai-nilai juga bisa dilakukan lewat kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah selain media sosial. Biasanya anak-anak sekolah menengah atas memiliki daya kritis dan rasa ingin tahu cukup tinggi, meski banyak juga yang apatis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun