Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berinovasi atau Mati, Cara Moeldoko Tantang Generasi Millenial

11 Maret 2018   23:10 Diperbarui: 12 Maret 2018   00:25 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah pengamat sosial dan pakar demografi berkali - kali menyebut istilah bonus demografi ,dan menurut mereka Indonesia akan menikmati berkah tersebut di tahun 2030-an. Kenapa saya tak menyebutkan tahun pastinya, para ahli sendiri belum sepakat tentang kapan bonus kependudukan ini. Pada sisi lain ada juga pendapat bahwa bonus demografi tak akan bisa dinikmati negara ini bila tak bisa mengelola dengan baik, tak menyediakan ekosistim untuk generasi muda mengembangkan inovasi.

Coba kita tengok data dari Bappenas tentang  Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, saya hanya mengambil data usia produktif. Menurut rilisan ini, usia produktif masuk dalam kategori umut 15 - 65 tahun, dimana pada puncak bonus demografi tahun 2035 (menurut data Bappenas) mencapai 67,9 persen dari total populasi. 

Berapa proyek populasi penduduk Indonesia pada tahun itu ? Masih mengutip data di atas, proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2035 adalah sebanyak  305,6 juta jiwa. Artinya lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah usia produktif, usia kerja yang berpotensi menyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara langsung dan tidak langsung.

Inilah tantangan bagi Pemimpin Indonesia di periode mendatang, menyiapkan sebuah ekosistem agar kelompok usia produktiftidak tersia - siakan potensi mereka. Saat ini pemerintahan Jokowi-JK boleh dikatakan cukup sukses untuk menyediakan infrakstruktur di beberapa sektor, termasuk di sektor telekomunikasi untuk menunjang  ekosistimyang ideal. 

Bonus demografi perlu disikapi dengan hati - hati agar safety net untuk mereka tersedia dengan layak,  seperti lapangan kerja, fasilitas kesehatan, transportasi, perumahan, pangan, pakaian . 

Pertanyaannya, apakah ekosistem ini bisa diselenggarakan seketika, seperti Bandung Bondowoso membangun Candi Prambanan dalam mitos Candi Prambanan ?

Moeldoko, Kepala Staf Kantor Staf Presiden memberikan sebuah gagasan menarik,  yakni : "Berinovasi atau Mati!"sebuah slogan menarik untuk menggugah kesadaran generasi millenial tentang masa depan mereka. Bila ditarik benang merah bisa menjadi salah satu  solusi untuk mengatasi ke kekuatiran kegagalan mengelola SDM dari bonus demografi.

Seperti dikemukakan di hadapan sekitar 650 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Mataram yang hadir memenuhi Auditorium DOME Universitas Mataram, 9 Maret 2018 lalu,  mengajak para mahasiswa dan anak-anak muda untuk melihat masa depan secara lebih optimis dan produktif. 

Benar bahwa ada banyak masalah di sekeliling kita, tapi kalau mau melihatnya secara berbeda, kita dapat menjadikan masalah-masalah tersebut sebagai peluang dan kesempatan. Oleh karena itu, ia mengajak anak-anak muda untuk menyambut tantangan zaman ini dengan berinovasi. “Berinovasilah atau mati!”, itulah yang selalu dikatakan Moeldoko di hadapan anak-anak muda. (sumber: KSP.go.id)

Inovasi menjadi kata kunci (keyword) menghadapi era digital di depan kita, konteksnya dengan bonus demografidi mana negara kita tidak bisa lagi bersaing di sektor komoditas alam (minyak bumi, batu bara, mineral, dll) di pasar dunia. Tranformasi dan inovasi di berbagai sektor, seperti  pengelolaan SDM, bisnis, tata kelola menjadi proses penting dalam menyediakan ekosistem yang ideal di masa depan.

Moeldoko juga  mengatakan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini berlangsung sangat cepat, mulai dari teknologi robot, kecerdasan buatan, dan sebagainya. Moeldoko melanjutkan bahwa Presiden Jokowi mendorong terciptanya ekosistem yang tepat untuk menumbuhkan sikap adaptif dan responsif terhadap perubahan. Dalam konteks itu, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi aksi-aksi dan langkah-langkah nyata yang dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak muda yang lainnya dalam merespons perkembangan di era ekonomi digital.

Pekerjaan rumah bagi kita semua termasuk pemerintah sekarang dan periode berikutnya adalah meningkatkan kualitas SDM kita, sebab apa artinya kuantitas usia produktif banyak tapi kurang berkualitas sehingga akan menimbulkan dampak sosial yang kontraproduktif. 

Untuk dapat mendorong generasi muda ber-inovasimau tidak mau harus meningkatkan kualtitas pendididikan dan literasi. Dalam sebuah laporan  tentang peringkat dunia pendidikan di ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-5 setelah Thailand, seperti dilansir oleh Okezone.com (25/11/2017). Laporan itu menyebutkan :

Saat ini Indonesia berada di posisi 108 di dunia dengan skor 0,603. Secara umum kualitas pendidikan di tanah air berada di bawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Hanya sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah. Sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari sekolah

Sebuah negara dikategorikan sebagai negara maju, salah satunya diukur dari Indeks Pembangunan Manusia(IPM), menurut situs Badan Pusat Statistik (BPS), kini pengukuran IPM mengalami perubahan indikator dalam  metodologinya.  

Salah satu indikator yang dirubah adalah "Angka Melek Huruf"  menjadi "Angka Harapan Lama Sekolah", artinya pekerjaan rumah negara kita masih banyak. Semoga apa yang sudah dilakukan dan digariskan oleh pemerintah sekarang dilanjutkan di periode berikutnya, tentunya  Presiden-nya didampingi oleh Wapres yang berkomitmen tinggi terhadap pengelolaan SDM, tehnologi dan generasi muda.

"Berinovasi atau Mati!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun