Begitu mudahnya saat ini masyarakat dibuat panik oleh - kabar yang beredar di media sosial dan Whatsapp Grup (WAG), belakangan kabar tentang gempa megathrust di Jakarta. Banyak masyarakat belum paham apa itu gempa megathrust?
Saya mengutip penjelasan dari Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Jaya Murjaya, yang dilansir situs berita Tirto.id.
Gempa megathrust berasal dari apa yang disebut zona megathrust, yaitu zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Berdasarkan ciri-cirinya, lempeng bumi dibagi menjadi dua: lempeng samudera dan lempeng benua. Lempeng benua lebih tipis dari lempeng samudera sehingga saat keduanya bertumbukan, "lempeng samudera bisa masuk ke dalam lempeng benua dan menyebabkan guncang besar." Pada zona megathrust, lempeng samudera bisa masuk ke lempeng benua yang bagian atasnya adalah Pulau Jawa.
Setelah memahami artinya, sebenarnya informasi yang dirilis kemudian yang menakutkan, menurut Peta Sumber Gempa Nasional 2017 yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), zona yang berpotensi memunculkan gempa megathrust di Jawa berada di tiga lokasi, yaitu wilayah perairan Selat Sunda, wilayah selatan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah serta segmen Jawa Timur-Bali. (Tirto.id 5/3/2018).
Artinya kita yang tinggal di wilayah rawan gempa tersebut mesti waspada setiap waktu. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah gempa bisa diperkirakan seperti cuaca, iklim atau tsunami?
Kepala BMKG, Dwikorita dalam Diskusi Media FMB9 bertajuk "Tanggap Bencana: Kerja dan Antisipasi" menyatakan dalam satu tahun terjadi 6000 gempa, tapi kita tidak merasakan. Bagi orang awam seperti tentu info ini mengejutkan, beberapa kali kota Jakarta merasakan gempa dan membuat kepanikan massal.
Gempa terakhir terasa sekali di Jakarta pada akhir  Januari 2018 lalu yang cukup meresahkan, menurut keterangan BNPB saat itu gempa tersebut berkekuatan 6,1 skala Ritcher berlokasi di lepas pantai Lebak Banten. Dari penelusuran "Mbah Google",  jarak kota Jakarta ke Lebak sekitar 120 Km, bila pusat gempa di laut lepas wilayah Lebak bisa diperkirakan jaraknya lebih dari 150 Km.
Dalam jarak sebegitu jauh dari Jakarta dampaknya terasa sekali di ibukota, memang tidak seperti di Lebak, Â 2.760 rumah rusak (Kompas.com 26/01/2018). Sayangnya hingga saat ini belum ada tehnologi yang bisa memperkirakan kejadian gempa, bahkan negara Jepang dan Amerika pun , seperti dinyatakan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara diskusi tersebut.
Apajadi bila terjadi gempa megathrust ? Saya tak bisa membayangkan seperti apa dampaknya, karena kekuatan gempa itu di atas 8 magnitudo. Dua gempa megathrust pernah terjadi Indonesia, yakni di Aceh dan Nias.
Tanggal 26 Desember 2004 terjadi gempa di lepas pantai barat Sumatera dengan kekuatan 9,1 sampai 9,3 magnitudo. Tanggal 28 Maret 2005 terjadi gempa bumi di lepas pantai barat Sumatera bagian utara. Gempa bumi berkekuatan 8,6 magnitudo ini menewaskan 915 orang, kebanyakan di Pulau Nias, Indonesia (Aceh.Tribunnews 23/01/2018).
Tentu kita belum dengan tragedi gempa itu, karena disusul oleh naiknya air laut yang melimpah ke daratan dan menyapunya dan kembali ke laut, atau disebut "tsunami".