Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Kedai Ini Hatiku Tertambat Teh Tarik dan Kopinya

2 Desember 2017   21:36 Diperbarui: 2 Desember 2017   21:58 2550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir minuman berwarna coklat muda disajikan ke meja saya yang terbuat dari kayu jati belanda berwarna senada. Dari permukaan minuman tersebut menguap aroma khas ke lubang hidung paduan bau jahe , kayu manis dan daun pandan.

"Minuman  ini terbuat dari campuran beberapa rempah - rempah, antara lain jahe, kayu manis, daun teh, daun pandan, dan kapulaga", ujar Ustadz Faisal Hani, seorang pria asal Pidie, Aceh peracik minuman "Teh Tarik" tersebut.

Minuman ini sangat populer di kawasan tanah Melayu, termasuk Aceh dan Malaysia. Belakangan minuman khas campuran racikan teh dan susu ini cukup populer di Jakarta. Bahkan untuk menikmati cukup membeli kemasan instan di warung - warung. Namun teh tarik instan tersebut beda rasanya dengan teh tarik racikan Ustadz Faisal yang kedua indera matanya hampir buta.

Dengan bersemangat ia bercerita bahwa masakan khas Aceh yang dijual di kedainya mengunakan resep warisan leluhur.

Saya meminum sajian teh itu, memang terasa lain, baik dari aroma dan rasa ketika minuman tersebut menyentuh permukaan lidah. Rasa manisnya berasal dari susu terasa enak, bercampur dengan rasa jahe, kayu manis dan kapulaga.

"Perekat rasa tersebut kunci adalah daun pandan, daun ini yang mengikat beberapa rasa tersebut menjadi rasa baru yang berbeda", ujarnya.

Memang harus diakui, rasa minuman ini luar biasa, belum pernah saya  menemui teh tarik seperti ini. Mungkin penambahan beberapa rempah - rempah itu membuat rasanya di lidah terasa istimewa.

Saya masih penasaran, tentang teh tersebut, bahan apa lagi dicampur dalam teh tersebut. "Bahan utama adalah teh tarik yang sudah ada dipasaran, lalu ditambah teh serbuk merek "gopek", rempah - rempah dan susu", tambahnya.

Tak habis pikir atas sosok Ustadz Faisal, meski tidak diberi kelengkapan indera mata sempurna, tapi memiliki  bakat luar biasa meracik makanan dan minuman tradisional lebih kekinian. Di kedai makan bernama "djambo kare"  Faisal Hani menyediakan juga minuman kopi hasil racikannya.

Cukup unik soal kopi ini, Uztadz terebut meracik kopi dengan dua rasa. "Buy one cup get 2 tastes",ujarnya.


Awalnya saya tidak paham apa maksudnya dengan slogan tersebut. Lalu Faisal Hani menjelaskan bahwa minuman  kopi di kedainya, bahan kopi berasal dari tanah Gayo, Aceh. Kopi yang diraciknya dari campuran jenis kopi Arabika dan Robusta, perpaduan rasa asam dan pahit. Dengan perbandingan tertentu kopi Gayo ini disiram dengan air bersuhu 100 derajat.

"Sebaiknya diminum setelah ampas kopi mengendap, rasa lebih enak" ,ujarnya. Saya mengikuti sarannya, setelah beberapa menit, minum ini saya seruput. Hemmmm....aroma yang keluar dari minuman khas sekali, perpaduan bau Arabika dan Robusta. Soal rasa ? Memang beda dengan kopi - kopi yang disajikan di kedai kopi modern, rasanya lebih segar setelah menyeruputnya.

Seolah ada getaran sensasi dari pusat otak saat lidah berjumpa dengan minuman kopi ini. Mungkin seperti perokok yang jeda tidak menghisap rokok selama beberapa jam, begitu ada kesempatan menghisap dan menghirup asap rokok akan terasa sensasi di otak kita.

"Coba habiskan kopinya dan sisakan ampasnya", ujar. Saya sodorkan cangkir dengan ampas kopi itu, lalu Faisal mengambil kemasan susu cair dan menuangkan ke dalam cangkir tadi. Kemudian menyiram ampas kopi dan susu yang berada di cangkir dengan air mendidih.

"Penambahan air tingginya  cukup tiga perempat cangkir", jelasnya. Lalu ia menyodorkan kembali cangkir tersebut kepada saya untuk diaduk. Selesai mengaduk, selama beberapa menit warna campuran kopi dan susu tersebut berubah menjadi coklat, khas warna kopi susu.

Cangkir sebelah kiri adalah kopi susu, berasal dari ampas kopi hitam yang dicampur susu dengan air mendidih (dok. pribadi)
Cangkir sebelah kiri adalah kopi susu, berasal dari ampas kopi hitam yang dicampur susu dengan air mendidih (dok. pribadi)
"Cobain rasanya", mintanya kepada saya. Saya kembali mengangkat cangkir itu dan menyeruputnya perlahan, saya menunggu beberapa detik. Sampai akhirnya database rasa di otak menyimpulkan belum ada kopi susu dengan rasa ini di memori saya.

Indonesia dikarunia aneka makanan dan minuman unik yang beragam. Mari kita lestarikan jangan hilang ditelan di jaman. Pengin coba masakan dan minuman khas Aceh  racikan Ustadz Faisa Hani, check instagramnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun