" Syukurlah, Mas semoga Tuhan denger doa kita punya rumah sendiri", balas istriku di WA.
Waktu terus berjalan, aku baca di media online pelamar kredit rumah murah mencapai 500 ribu. Menurut Sekretaris Daerah yang dikutip media itu, saat ini panitia sedang melakukan seleksi kelayakan para pelamar.
Dua bulan sudah lewat tapi belum ada kabar apapun soal status pengajuanku. Iseng - iseng aku telp nomor Hotline yang tercantum di kertas tanda terima.
"Maaf, saat ini petugas kami sedang sibuk, mohon hubungi kami beberapa saat lagi", ujar wanita di ujung telpon, pastinya sebuah rekaman suara untuk menjawab telpon masuk. Berkali - kali aku menelpon namun selalu dijawab oleh mesin.
Hari ini tidak ada lembur, jam 5 sore aku cabut pulang. Sampai di rumah pukul 18.30, setelah parkir motor di teras yang cuma sejengkal, pas untuk motor aku menuju kamar mandi. Kebiasaanku bila pulang kerja langsung mandi sebab kerja di percetakan banyak mengeluarkan keringat.
Setelah berganti pakaian sambil menunggu istri menyiapkan makan malam aku menuju teras rumah.
" Antum sudah terima surat belum dari Balaikota",tanya Pak Hadi kepada salah seorang tamunya.
"Sudah, pak baru kemarin terima suratnya, pengajuan saya diterima", jawab tamunya.
" Syukurlah, saya sudah kirim 100 nama di grup kita, saya sudah pastikan semua mendapatkan", ujar Pak Hadi.
"Jlebs", aku tercengang mendengar pembicaraan Pak Hadi dengan tamunya. Buru - buru aku masuk rumah, istriku melihat raut muka berubah tapi aku berusaha menutupi dengan pertanyaan soal menu makan malam.
"Apa lauknya, Dik ?", tanyaku.