Sesampai di rumah masih memikirkan obrolan tadi, dan mencoba membuat sebuah kesimpulan. "Ternyata tehnologi membuka peluang usaha baru, tapi juga membatasi, bisa juga  mematikan usaha yang lain".
Kegalauan sopir taksi itu yang tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi merosotnya penghasilan mereka, juga dialami sopir - sopir taksi lainnya di Jakarta. Sebaiknya ada inisiatif, entah dari pemerintah, swasta untuk memberikan jalan keluar bagi ribuan sopir taksi di Jakarta yang terombang-ambing nasibnya. Mereka hanya bisa meratap, menjalani kehidupan yang tidak pasti setiap hari.
Seperti bapak sopir taksi tadi, saya juga tidak tahu harus bagaimana? Saya akhirnya memutuskan menulis pengalaman saya di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H