Kabar dari lapangan, FZ berusaha melobby pimpinan DPR dan MPR agar pendemo diijinkan menginap di kompleks DPR dan MPR agar bisa melanjutkan aksinya keesokan harinya. Apakah FZ tidak berpikir, dilain waktu cara dia akan ditiru oleh oknum - oknum Senayan yang telah bekerja dengan kekuatan ekstra - parlementer untuk menempatkan pendukungnya di kompleks parlemen itu ?
Entahlah, akal sehat kedua orang itu , FZ dan FH. Di media massa, minggu kemarin, FH masih berani berkoar - koar menyerang Presiden Joko Widodo (http://nasional.kompas.com/read/2016/11/06/10160571/fahri.hamzah.jauh.lebih.mudah.tunggangi.presiden.daripada.sejuta.massa.aksi). Anehnya, FH tidak merasa terjadi apa - apa atau merasa simpati kepada mereka yang korban demo tanggal 4 November kemarin, padahal ada yang sampai meninggal karena kecelakaan, yaitu rombongan dari kota Solo, atau yang terluka akibat bentrok dengan polisi,atau meminta maaf kepada aparat keamanan karena tidak bisa menjalankan demo dengan damai. Begitukah sosok seorang wakil rakyat? Siapa sebenarnya yang dia wakili, saya hanya berharap FH dan FZ di pileg mendatang sudah tidak berada lagi dijajaran pimpinan legislatif.
Ada beberapa Kompasioner mengatakan saya Non-Muslim, jadi tidak memahami arti penistaan agama. Saya memang non-Muslim, apakah saya salah hidup di negeri ini? Meski non-Muslim saya mendukung Presiden Joko Widodo yang nota bene seorang Muslim dari lahir, dan lewat kepemimpinannya saya bisa melihat masa depan Indonesia lebih baik, dibandingkan presiden yang digantikannya. Kebanyakan rakyat ini mudah sekali disesatkan pikirannya oleh tokoh - tokoh agama yang berkolaborasi dengan politisi busuk yang koruptor.
Sehingga ada hal - hal yang mudah diselesaikan secara hukum tapi didramtisir dengan menurunkan ribuan manusia ke jalan dengan alasan aksi damai, ujungnya cuma anarki. Kita bicara faktanya saja, mau yang bikin provokator atau siapa, toh dengan menurunkan manusia ke jalan memang resikonya itu. So, tak usah "ngeles" macam - macam, bertanggungjawablah dengan aksi anda.
Jadi pertanyaan saya, kenapa polisi begitu cepat meringkus aktor intelektual kerusuhan di kawasan Luar Batang,padahal kerusuhan tersebut adalah rentetan dari Demo Damai, tidak mungkin mereka melakukan kerusuhan tiba - tiba tanpa "trigger'. Sementara provokator yang jelas - jelas di Monas dan berkoar - koar menyemangati pendemo, dan mengajak pendemo bentrok dengan polisi, serta secara ilegal memasuk Gedung Wakil Rakyat ditahan Polisi?. Seperti keenakan, Fz,FH,FR, AR, seperti orang kebal hukum, Dimas Kanjeng saja yang belum terbukti di pengadilan, dan bukti material masih lemah sudah ditahan oleh Polisi, dan tidak dituduh penistaan agama, padahal Dimas juga selalu memakai ayat - ayat untuk meyakinkan pengikutnya.
FZ dan FH semakin gedhe kepala, dan nyerocos ke media massa memojokkan Presiden gara - gara tidak mau menemui wakil pendemo, saya mengatakan FZ dan FH meski lulusan Universitas terbaik di negeri ini, tapi sikap mereka seperti tidak berpendidikan. Terlihat dari kata - kata yang mereka ucapkan saat menjelang demo dan setelah demo berlangsung rusuh.Kenapa hanya Ahmad Dani yang dilaporkan ke Polisi ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H