Beberapa waktu, BKKBN bersama Kompasiana hang out di Parigi Resto, Santika Hotel  BSD Serpong, sebuah acara menarik, karena mampu menggugah benak kita tentang kondisi kesejahteraan sosial masyarakat dewasa ini. Dalam paparannya, BKKBN menyatakan bahwa  jumlah penduduk Indonesia saat ini bisa ditekan pertumbuhannya akibat suksesnya program 2 anak cukup pada era pemerintahan Orde Baru. Betul juga kalau dipikir - pikir, coba kalau dulu masing - masing keluarga punya 4 - 5 anak, mungkin penduduk Indonesia saat ini mendekati 500 juta jiwa. Tentunya akan berimplikasi pada kesejahteraan keluarga dan perekonomian pemerintah. Dalam jumlah penduduk sekarang saja, kesejahteraan rakyat belum merata, apalagi kalau jumlahnya 2 kali lipat. Tidak terbayang, pemerintah harus menyediakan sarana pendidikan dasar, fasilitas kesehatan yang kuantiti nya 2 kali lipat yang sekarang. Mungkin juga kaum gelandang dan pengemis akan lebih banyak di jalanan, karena kesempatan kerja sempit dan pembangunan perumahan rakyat tidak memadai.
Â
Penulis adalah generasi yang dilahir pada awal gerakan Lingkaran Biru (Keluarga Berencana), dengan 4 bersaudara, orang tua hanya pengawai pasa - pasan, dari 4 anak, hanya dua yang bisa sarjana, anak ke 3 dan ke 4 orang tua penulis sudah tidak mampu membiayai. Anak pertama dan kedua juga hanya bisa bersekolah di Perguruan Tinggi Negeri, alih - alih sekolah di swasta, kuliah di PTN saja biaya transportasi hanya pas untuk pulang pergi, tidak ada sisa untuk hanya sekedar jajan es teh manis. Dengan kondisi sekarang ini, di mana biaya pendidikan sangat tinggi, bagi keluarga yang mampu tidak soal, tidak terbayang mereka yang kurang mampu, untuk menyekolahkan anaknya sampai Perguruan Tinggi adalah sebuah kemewahan.
Â
Daya dukung dan daya tampung bumi yang makin menurun membuat biaya kebutuhan sehari - hari kian mahal, seperti air bersih, pangan yang sehat, dan perumahan. Dengan sendirinya penghasilan kepala keluarga sebagian besar hanya untuk menutupi kebutuhan sehari- hari, sedangkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan menjadi no 2. Meski pemerintah sudah menyediakan fasilitas sekolah gratis dan biaya kesehatan via BPPJS, ada komponen lagi yang menyumbang tingginya biaya hidup, yaitu biaya transportasi. Setiap pergerakan membutuhkan biaya, sementara untuk memberli kendaraan bermotor pun juga mengandung resiko biaya, meski cukup efisien bagi yang bermobilitas tinggi.Â
Â
Kondisi ini patut kita renungkan, bagaimana pun juga pengendalian jumah keluarga menyumbang kesejahteraan masyarakat keseluruhan, sebab menyangkut kondisi sosial ekonomi masyarakat. SElamat Ber - KB bila berharap masa depan anak - anak kita lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H