Mohon tunggu...
Sigit Setyawan
Sigit Setyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Keterangan Profil

Pembelajar.Pendidik.Penulis. Praktisi pendidikan. Trainer Metode Mengajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Humor TV Makin Tak Beradab

13 Februari 2014   19:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruben diikat di kursi ayun. Karena fobia ayam, ia dikurung dan disuguhi ayam. Tentu saja ia ketakutan setengah mati. Ditengah ketakutannya, semua orang tertawa: menertawakan dia yang sedang ketakutan.

Itu show di sebuah TV 12 Feb 2014 lalu, sekitar jam 18:00. Sehari kemudian, di acara yang sama komedian Aziz berperan jadi Tarzan. Selagi ia bergelantungan, tiba-tiba saja dikeluarkan ular. Ketakutan setengah mati, Aziz meronta dan memaksa ular itu disingkirkan. Lagi-lagi, di tengah ketakutan sang tokoh, semua orang tertawa.

Tak tahan dengan itu, saya mengirimkan tweet dua kali mention kepada pemilik acara bahwa itu adalah humor di tengah penindasan. Tak ragu lagi, saya melarang keras anak saya yang kelas 4 SD untuk menonton. "Pindah chanel sekarang!" perintah saya.

Seberapa BERBAHAYAnya itu? Berikut ini adalah hasil riset seorang profesor asal Kanada bernama Albert Bandura. Ia mengumpulkan dua kelompok anak-anak. Yang satu kelompok melihat adegan yang ada kekerasannya, setelah itu disediakan boneka. Yang satunya lagi adegannya tidak mengandung kekerasan. Hasilnya, kelompok anak yang nonton adegan kekerasan itu lebih agresif.

Bandura, penulis buku  "Social Learning Theory" dan "Social Foundation of Social Thought and Action: a Social Cognitive Theory", menjelaskan hasil risetnya. Menurutnya, orang bisa belajar dari media. Hasil dari nonton itu tidak serta merta dipraktekkan. Orang akan "menyimpan" dalam otaknya sebagai "kode verbal" dan "kode visual". Nah, suatu saat, pada saat ada pemicu, apa yang dipelajari itu akan muncul dan dipraktekkan.

Mengapa saya memerintahkan anak saya ganti channel? Karena adegan di atas tadi akan terekam di otaknya. Suatu saat, baik disadari atau tidak, anak saya bisa melakukan hal yang sama pada temannya. Misalnya, ada yang takut cicak, bisa saja ia sengaja mengambil cicak, menakuti orang itu, sambil diiringi tawa teman yang lain. Ini adalah penindasan atas nama humor.

Dalam kehidupan, konsekuensinya akan menjadi lebih berat. Orang bisa tertawa sambil menyiksa orang lain demi alasan mendapatkan uang, harta, rating, atau kedudukan.

Saya berharap lebih banyak orang orang peduli. Jangan sampai humor dan hiburan kita jauh dari beradab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun