Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ayah, Hati-hati Saat Meminjamkan Gawai kepada Anak

26 Maret 2018   06:14 Diperbarui: 26 Maret 2018   13:38 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber|solusisehatku.com

Sehebat apapun Anda dalam mengawasi anak untuk tidak sampai mengakses, membuka konten-konten pornografi, tetap saja akan kecolongan. Ketika kita mulai memegang gawai, berselancar menggunakan internet, maka di sana sudah bertebaran konten  pornografi yang bebas diakses oleh siapapun.

Sudah tak terhitung situs pornografi yang diberangus oleh pemerintah, dalam hal ini Kominfo sebagai pelaksana tugas. Masih terkait kasus video porno yang di tonton oleh seorang anak di bawah umur, mirisnya dilakukan di sebelah orang tuanya.

Lalu, siapa yang patut disalahkan terkait hal tersebut? Anak, orang tua, guru gaji atau sekolah, mungkin juga pemerintah.

Saya rasa hampir semua sekolah dasar sudah mengajarkan pendidikan seks terhadap siswa-siswinya, walau masih sebatas pengenalan organ tubuh. Setidaknya mereka paham dulu, apa fungsi dari organ-organ tubuh serta area privasi pada bagian tubuhnya.

Kekhawatiran orang tua, seperti halnya saya yang juga memiliki anak, perlu disikapi dengan tindakan-tindakan konkret. Seperti yang pernah saya tulis pada artikel yang berjudul; "cara saya mengatur jadwal anak memainkan gawai."

Kekhawatiran tersebut tentu kembali ke peran orang tua, ada yang menyikapinya biasa saja saat anak terbiasa berselancar menggunakan internet. Ya, biasa saja, dari pada melakukan hal-hal yang berbahaya di luar sana, bermain di rumah akan lebih baik.

YouTube, adalah layanan video yang paling digemari dan banyak diakses oleh semua kalangan. Di dalamnya juga terdapat ribuan konten dewasa yang siap untuk dinikmati. Saya juga terkadang sering mengakses YouToube baik melalui laptop ataupun smartphone untuk menonton video yang tidak bisa saya tonton di layar televisi.

Video dengan jenis apapun ada, tinggal butuh paket data atau terhubung ke internet. Pada layanan YouTube inilah, banyak film yang berbau porno, kadang tanpa sensor bebas kita nikmati. Hal yang menjadi kekhawatiran saya sebagai orang tua, karena seketat apapun pengawasan Anda, pasti kecolongan. Ini bukan sikap pesimistis.

Saya juga terkadang membebaskan anak saya mengakses YouTube saat libur sekolah, walaupun sudah dicarikan tontonan khusus untuk anak-anak, tetap saja ia mengakses video lainya yang ia anggap menarik. Pernah suatu kali saat ia menceritakan bagaimana proses melahirkan secara caesar, seakan tak percaya, padahal saat itu usianya baru menginjak 4 tahun.

Belum pantas rasanya melihat tontonan semacam itu. Saya menanyakan dari mana ia tahu melahirkan dengan cara membedah perut menggunakan pisau, sungguh mengerikan bagi saya pribadi. Sayang, ia lupa di mana melihatnya. Saya coba cek pada smartphone dan membuka layanan YouTube. Tak terduga, saya menemukan video melahirkan secara caesar di bagian history.

Mau tak mau saya harus menjelaskan pelan-pelan terkait  video yang ia tonton, ini saya lakukan agar ia tak salah persepsi, walaupun mungkin susah dimengerti karena usianya yang masih sangat belia. Bisa saja ia memang tak sengaja menyentuh video tersebut, karena memang videonya berbentuk kartun. 

Perlu kita ketahui serta pahami, bahwa bukan hanya aplikasi berbagi video seperti YouTube, media sosial serta website tak jelas yang perlu kita waspadai, Anda tentu tak asing dengan yang namanya WhatsApp.

WhatsApp adalah aplikasi pesan instant, chat menggunakan data internet. Bukan aplikasinya yang perlu dikhawatirkan, namun lebih pada isi dan aktivitas di dalamnya. Instant Messaging yang dapat memungkinkan kita mengirimkan gambar serta video dalam kapasitas besar. Gambar atau video apa saja bebas dikirim dari satu orang ke banyak orang, tanpa filter, tanpa ada rasa khawatir.

Di aplikasi WhatsApp, saya memiliki lebih dari 10 grup. Mulai dari grup perumahan, teman kuliah dulu, perusahaan tempat kerja sampai beranak pinak pada bagian pekerja lapangan. Belum lagi setiap mengikuti training selama beberapa hari, langsung saja ada yang kreatif membuat grup, padahal setelah itu hanya pembahasan di luar topik yang selalu bertebaran.

Setiap hari ada saja yang mengirimkan gambar, terkadang video yang sepengamatan saya lebih banyak berbau porno. "Bukan otak saya yang mesum", dengan dalih lucu-lucuan, memberi semangat untuk anggota grup.

Belum lagi ketika memasuki malam Jumat, nyaris setiap grup ada saja anggota yang mengirimkan foto-foto berbau mesum, video apa lagi. Kalau buat saya ya sekedar lucu-lucuan antarmember, beda halnya jika dilihat oleh anak di bawah umur.

Lalu di mana letak masalahnya? Terkadang anak-anak kita terkadang meminjam smartphone untuk sekedar ingin melihat foto-foto dokumentasi saat habis berpergian misalnya. Anda tentu tau bahwa jika pesan pada aplikasi WhatsApp yang tidak dilakukan setting, maka otomatis foto bahkan video akan otomatis terunduh, tersimpan di galeri atau storage image.

Lalu apa yang terjadi, tanpa kita sadari anak kita akan bebas menikmati foto, video kiriman dari grup yang kita ikuti. Tentu ini hal yang sangat tidak baik, namun hal seperti demikian masih banyak terjadi pada orang tua yang bisa di bilang gagap teknologi.

Kemudian pernahkah terpikir oleh kita, apa yang dilakukan anak saat meminjam gawai pada waktu yang tidak bisa kita prediksi. Bisa saja ia membuka aplikasi WhatsApp karena tertarik melihat kumpulan pesan yang ditandai dengan jumlah pesan yang belum dibaca. Kalau sampai ia buka, kemudian masuk di grup, ini jauh lebih mengerikan juga berbahaya.

Perlu dimengerti, tanpa data internet kita masih bisa bebas membaca pesan telah terkirim ke aplikasi WhatsApp. Beda dengan YouTube atau website yang akan error, jika sambungan internet terputus. Hampir tiap hari saya selalu sempatkan melakukan cek, menghapus gambar, video yang tidak pantas bila sampai dilihat oleh anak di bawah umur, terlebih anak sendiri.

Bicara pemberantasan konten yang berbau pornografi bukan hal yang mudah, tapi setidaknya hal-hal yang dekat serta gampang diakses oleh anak yang harus cepat kita lakukan proteksi. Artinya bukan hanya sekedar mengawasi, memberi pengertian dan arahan, namun membatasinya dari hal yang bisa menjurus ke sana.

Sayang sekali, aplikasi instant messaging sebesar WhatsApp belum sepenuhnya memiliki fitur password saat akan membuka, menggunakan aplikasi tersebut. Ada sih beberapa aplikasi yang bisa digunakan, namun kita harus mendownloadnya terlebih dahulu, itu juga tak tersedia di playstore atau app store. Untuk sementara, kita bisa menggunakan aplikasi security seperti; GB WhatsApp, whatslock, atau dari pihak ketiga yang bernama chatlock +.

Setidaknya dengan melakukan proteksi pada aplikasi WhatsApp, kita tak perlu lagi cemas gawai dipinjam oleh anak. Hal-hal berbau porno akan selalu ditemukan oleh anak, untuk itu perlu sekali menjelaskan pelan-pelan tentang bahaya pornografi di usia yang belum matang.

Jangan sampai karena kita anggap hal tersebut tak pantas serta masih tabu untuk menjelaskan ke anak, mereka malah mendapatkan penjelasan tentang seks dari orang lain bahkan referensi yang tak jelas sumbernya.

Sukatani, 20180326

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun